Rachel Vennya Dapat 6 Kritik Pedas sampai Disarankan ke Psikolog

Matamata.com - Untuk pertama kalinya setelah lama hiatus, Rachel Vennya mengunggah video di YouTube dengan judul "Story Of My Life". Video itu rupanya mendapat pro kontra dari banyak pengguna media sosial.

Kolom komentar video Rachel Vennya itu tak kalah menuai sorotan. Satu di antaranya adalah ketika akun YouTube bernama Co**ie memberikan lima poin rangkuman permasalahan yang selama ini dialami Rachel Vennya beserta kritik dan saran untuk sang selebgram.

Poin pertama adalah mengenai dugaan doxing haters yang disebut-sebut mengakibatkan haters yang diungkap identifikasinya mengalami perundungan atau bully. Kemudian, ada juga poin yang membahas tentang slogan 'duitku mampu', dugaan penutupan salah satu akun gosip, dan pamer pacar.

Dua poin lainnya adalah mengenai permasalahan endorse dan kabur karantina yang menyeret nama Rachel Vennya. Namun, dari kesemuanya itu yang cukup disorot adalah poin permasalahan Rachel Vennya saat endorse sebuah merek batik.

"Masih ingat banget kejadian batik kemarin, di mana owner batiknya sampai dibully sama fans kamu dan kamu nggak berusaha menghentikan mereka. Orang yang pemikirannya kritis bisa melihat kalau kamu sengaja posting foto batik itu. Saat inilah kamu mungkin mulai menuai apa yang kamu lakukan karena owner batika yang mungkin kamu kira UMKM biasa itu ternyata bukan orang biasa-biasa saja," tulis akun Co**ie.

Netizen pun penasaran dengan kronologi permasalahan. Kemudian, dari situlah ada netizen lain yang mengungkapkan kronologi yang diduga menjadi awal permasalahan Rachel Vennya saat endorse merek batik tersebut.

"Di-endorse batik Rp 25 juta untuk posting pakai baju batik di tanggal 1 Oktober yang mana merupakan hari batik. Dia lupa, alasannya nggak diingetin. Batik minta refund tapi lelet. Akhirnya di-up, tapi RV playvictim. Batik diserang, owner diserang. Buna meraih simpati," tulis netizen.

Kemudian, pada akhir komentarnya, akun Co**ie memberikan saran untuk Rachel Vennya. Rachel disarankan untuk tidak buru-buru kembali ke dunia media sosial.

"Cari kegiatan lain, mulai kembangkan bisnis baru, dan saat kamu sudah nggak kuat menghadapi semua ini, konseling aja ke psikolog," ujarnya.