Wanda Hamidah Masih Perjuangkan Rumah yang Digusur: Ikhtiar Itu Penting

Matamata.com - Wanda Hamidah tampak malas menceritakan perkembangan terkini dari kasus penggusuran rumah keluarganya di kawasan Cikini, Jakarta belum lama ini.

"Ah nggak mau ah, nanti saja kalau masalah itu," ujar Wanda Hamidah di kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis (1/12/2022).

Wanda Hamidah cuma bilang bahwa hidup manusia memang akan terus penuh cobaan sampai mereka kembali ke pangkuan Sang Khalik. Selama masih bernapas, persoalan pasti ada.

Baca Juga:
Wanda Hamidah Disebut Provokator oleh Pihak Lawan: Dia Membunuh Karakter Pak Japto

"Intinya gini, kami manusia selama masih hidup pasti cobaan itu banyak. Nggak mungkin nggak ada," ujar Wanda Hamidah.

"Kan namanya cobaan ya, nanti setelah satu selesai, pasti akan ada lagi dan berlanjut seperti itu. Nanti setelah mati, baru cobaan selesai," katanya lagi.

Karena itu, Wanda Hamidah akan tetap berjuang melewati cobaan yang saat ini menimpanya beserta keluarga.

Baca Juga:
Rumah Wanda Hamidah Dieksekusi, Baju Amanda Manopo saat Kondangan Dihujat

"Ya sebagai manusia kami tentu berikhtiar. Kami kan masih punya daya juang. Ya saya percaya amar ma'ruf nahi mungkar. Yang benar itu benar, yang salah itu salah," kata Wanda Hamidah.

Bila usaha dirasa sudah maksimal, Wanda Hamidah tinggal memasrahkan nasibnya beserta keluarga pada Yang Maha Kuasa.

"Ikhtiar itu penting. Tinggal nanti setelah ikhtiar selesai, kita tawakal saja," ucapnya.

Baca Juga:
LIVE: Wanda Hamidah Tiba di Kediaman Usai Proses Eksekusi

Rumah Wandah Hamidah beberapa kali digeruduk, mulai dari Satpol PP hingga massa dari ormas.

Pada Oktober 2022, petugas Satpol PP datang dan meminta keluarga perempuan 44 tahun mengosongkan rumah.

Rumah keluarga Wanda Hamidah diklaim milik Japto Soerjosoemarno. Sang paman, Hamid Husein bahkan ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan penyerobotan lahan.

Baca Juga:
Kediaman Wanda Hamidah Dieksekusi, Dipagari Seng hingga Dipasangi Papan 'Milik Japto Soerjosoemarno'

Wanda Hamidah pribadi menolak penggusuran paksa karena masih menunggu putusan pengadilan terkait nasib rumah tersebut. Ia lantas mengadu ke Komnas HAM untuk meminta perlindungan hukum pasca penggusuran paksa. (Adiyoga Priyambodo)