Matamata.com - Kalau kamu menonton film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC 2) yang dibintangi Nicholas Saputra dan Dian Sastrowardoyo, pasti kamu familiar dengan Papermoon Puppet Theatre, yakni teater boneka yang berdomisili di kota Yogyakarta. Sepenggal pementasan Secangkir Kopi dari Playa yang ditampilkan di film produksi Miles Productions itu membawa pengaruh besar bagi Papermoon.
Papermoon Puppet bisa dibilang pionir teater boneka di Kota Gudeg Yogyakarta. Pendirinya adalah Maria Tri Sulistyani atau biasa dipanggil Ria Papermoon.
Awal berdirinya di tahun 2006 Papermoon Puppet kurang mendapat begitu banyak sambutan. Alasannya sederhana, yakni karena banyak yang menyepelekan dengan mengira boneka hanya diperuntukkan bagi anak-anak.
Namun sebenarnya Papermoon lebih daripada itu. Ada kerja keras yang begitu totalitas dalam mengerjakan sebuah pementasan boneka yang bisa menyentuh penontonnya lewat rasa.
Rumah Papermoon
Meskipun alamat Papermoon Puppet Theatre terekam di Google Map, menemukannya bukan perkara mudah. Tim Matamata.com harus bolak-balik dan nyasar beberapa kali sampai tiba di sebuah rumah yang tersembunyi di balik pekarangan.
Dari luar, studio Papermoon yang terletak di desa Sembungan, Bangunjiwo, Bantul itu tampak rindang. Suasananya tenang karena dekat dengan kawasan perkuburan dan letaknya di ujung perumahan warga nyaris tanpa plang.
Sampai di sana kami disambut oleh Beni Sanjaya, salah satu perancang dan pembuat boneka di Papermoon. Kesan sederhana dan ramah langsung bisa ditangkap dari gerak-geriknya saat mempersilahkan kami masuk.
Saat itulah mata kami langsung menjelajah seluruh isi ruangan. Rumah Papermoon cukup besar, mirip hall. Dari semua benda-benda artistik yang ada di dalamnya siapa pun bisa salah menganggapnya sebagai museum.
Tapi rumah yang kami kunjungi itu bukan museum, melainkan studio latihan sekaligus bengkel kerja untuk membuat boneka. Tidak salah memang, karena kamu akan melihat banyak sekali properti pertunjukan yang disusun rapi dalam lemari-lemari rumah berlantai dua itu.
Namanya juga teater boneka, tentu ada banyak sekali boneka yang dipajang di sana. Boneka bisa dibilang objek favorit pengunjung untuk diabadikan.
Tidak ketinggalan, beberapa properti seni dan lukisan berpigura dipajang di dinding dengan penataan yang artistik. Ruangan yang luas dengan ukuran jendela yang besar akan membuatmu betah berlama-lama berada di dalam.
Apalagi studio Papermoon memang berada dekat dengan areal perkuburan, jadi suasana sunyi itu tidak terelakkan. Ketika ditanya apakah memang sengaja memilih tempat yang sepi sebagai bagian dari proses kreatif? Beni menjawab,''Memang ada hubungannya tapi letaknya di sini karena kebetulan dapat tanah yang murah di sini,'' ujarnya sambil terkekeh.
Kalau kebetulan berkunjung ke Papermoon dan ingin membawa buah tangan alias oleh-oleh, di samping rumah utama ada kios kecil berbentuk rumah unik yang menjual merchandise mereka. Terutama yang dijual adalah kaus dengan gambar boneka yang dibuat di Papermoon. Juga tersedia kartu pos dan properti seni lainnya.
AADC 2
Film Ada Apa Dengan Cinta 2 yang rilis tahun 2016 membawa efek yang signifikan pada teater boneka yang sudah eksis 12 tahun ini. ''Ada baik dan ada buruknya,'' tutur Beni.
Meski cuma tampil sekitar dua menit dalam film yang berdurasi dua jam, Secangkir Kopi dari Playa karya Papermoon menghipnotis penonton AADC 2. Kisah tentang seorang lelaki yang pergi kuliah di luar negeri dan meninggalkan kekasihnya dalam kerinduan panjang memang sejalan dengan kisah Rangga dan Cinta.
Film yang disutradarai oleh Riri Riza ini tentu saja membuat Papermoon lebih dikenal. Terutama ketika kesenian yang terbilang klasik ini bisa menyentuh generasi milenial. Terbukti dengan pengikut di akun Instagram mereka yang bertambah.
AADC 2 membuat apapun yang berhubungan dengan kisah Rangga dan Cinta itu menjadi ladang bisnis. Termasuk banyaknya agen wisata yang menjual paket perjalanan AADC pada pelancong.
Tapi popularitas itu membawa kerepotan tersendiri pada Papermoon. Gara-gara sejumlah agen wisata dengan seenaknya mencatut Papermoon dalam daftar trip AADC, akibatnya banyak yang berkunjung tanpa ijin. Para pelancong yang seringnya datang di waktu yang tak tepat itu justru mengganggu aktivitas para kru yang tengah mempersiapkan pementasan.
''Padahal kan kita nggak setiap hari atau bulan ada pementasan. Jadi di sini memang tempat kerja dan latihan,'' ujar Beni Sanjaya.
Beni menyarankan untuk menghubungi pihak Papermoon dulu bila berkunjung. Lebih bagus lagi datang ke acara pementasan langsung yang jadwalnya biasanya diumumkan di akun Instagram mereka.
Video Klip Tulus
Selain AADC 2, juga kebanggaan tersendiri bagi Papermoon Puppet Theatre saat diajak kolaborasi dengan Tulus. Yup, Tulus menggandeng Papermoon saat membuat video klip dari single bertajuk Manusia Kuat.
Manusia Kuat memang menggambarkan satu tokoh anak-anak yang berhasil mengatasi rasa takutnya menjadi kekuatan. Ini sekaligus seruan untuk generasi muda agar pantang menyerah dan lebih punya semangat hidup.
Saat ditanya kesan-kesannya bekerja bareng Tulus, Pambo, salah satu seniman boneka berujar, ''Suatu kebanggaan, apalagi Tulus orangnya ramah dan mau belajar. Sama seperti Nicholas Saputra saat AADC 2.''
Pambo juga menjelaskan tidak ada kesulitan berarti saat membuat boneka. Meskipun bukan dari jurusan seni jika membuatnya dari hati dan sudah jadi hobi maka semuanya akan terasa mudah saja.
Hal ini senada dengan yang dijelaskan Beni kenapa teater boneka Papermoon lebih banyak menggunakan unsur non verbal atau minim kata-kata. ''Kita memang membuat cerita yang personal dan sederhana sehingga mudah sampai ke penonton. Jadi kita mainnya di gestur dan mimik wajah.''
Beni juga menjelaskan untuk satu kali pementasan itu prosesnya panjang. ''Paling cepat tiga bulan, dan paling lama bisa setahun,'' ujarnya.
Hal itu karena setiap boneka di Papermoon memang mewakili karakter tersendiri dalam setiap cerita. Jadi mereka akan membuat boneka baru setiap akan mementaskan cerita baru. Dari proses menggodok naskah, membuat boneka, dan latihan pentas itu tentu saja memakan waktu yang lama.
Dari sini kita tahu bahwa meski boneka identik dengan anak-anak, sama sekali tidak ada unsur kekanak-kanakan di dalam Papermoon. Boneka adalah salah satu media reseptif yang bisa menjangkau semua orang.
Terlebih proses pengerjaan teater boneka memerlukan waktu yang panjang. Intinya, memang harus dikerjakan dengan cinta agar hasilnya bisa menyentuh penonton lewat rasa.
Tag
Berita Terkait
-
Bukan Sekadar Nostalgia: Ini 3 Alasan Setting Film 'Rangga & Cinta' Tetap di Tahun 2000-an
-
Rangga & Cinta: Nostalgia AADC yang Menyulut Refleksi Zaman
-
Nicholas Saputra Mendadak jadi Penyanyi di Film 'Musikal Siapa Dia'
-
Nicholas Saputra Bikin Heboh Dunia Maya, Tampil Tanpa Baju di Tengah Hutan Tangkahan: Out of Nowhere
-
Piyu Padi dan Once Antarkan Dian Sastro Pulang: Kami Tak Menyangka Dia Jadi Seperti Sekarang
Terpopuler
-
MEYS 2025: Nida Saithi Bicara Kepemimpinan Etis dan Literasi Hukum untuk Generasi Muda
-
Joneri Alimin Jadi Sorotan di MEYS 2025, Bicara Diplomasi Ekonomi dan Peran Pemuda Muslim
-
MEYS 2025: Pemuda Dunia Jalani Kompetisi di Makkah, Ini Daftar Pemenangnya!
-
Middle East Youth Summit 2025 Resmi Dibuka di Makkah, Delegasi Dunia Jalani Umrah Bersama
-
Bintangi Film 'Dusun Mayit', Amanda Manopo Punya Pengalaman Perdana Naik Gunung Arjuna
Terkini
-
Bukan Sekadar Viral, IMPACT Ajak Kreator Indonesia Bangun Warisan Bisnis Berkelanjutan
-
Gebrakan Baru Sinema Laga! Film 'TIMUR' Resmi Tayang Hari Ini: Debut Sutradara Iko Uwais yang Fenomenal dan Emosional
-
Kumara Perkenalkan 'Dari Ketiadaan', Debut Instrumental yang Meramu Psychedelic, Jazz, hingga Etnik Indonesia
-
5 Hal tentang Iko Uwais: Dari Merantau ke Hollywood, Kini Kembali Membangkitkan Sinema Aksi Indonesia
-
100,000 Lebih Penonton Sudah Hadapi Bunda Corla di Bioskop, Film 'Mertua Ngeri Kali' Disambut Hangat Penonton