Riki Chandra | MataMata.com
Warga Palestina di tempat penampungan sementara di kota Rafah, Jalur Gaza selatan. [Dok.Antara]

PBB menyebutkan bahwa sebanyak 80 persen lebih dari 2,4 juta penduduk Gaza diusir dari rumah mereka. Banyak dari mereka kini tinggal di tempat pengungsian sempit atau tenda darurat di ujung selatan, di Kota Rafah dan sekitarnya dekat perbatasan Mesir.

Sebelumnya diberitakan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyuarakan kekhawatirannya perihal puluhan ribu pengungsi yang melarikan diri dari serangan Israel di seluruh Jalur Gaza tengah dan selatan.

"WHO sangat khawatir gelombang pengungsi baru tersebut akan semakin membebani fasilitas-fasilitas kesehatan di selatan (Jalur Gaza), yang telah kewalahan dalam memenuhi kebutuhan populasi yang sangat besar," kata Richard Peeperkorn, perwakilan WHO di wilayah Palestina yang diduduki.

Kelangkaan pangan terus menjadi permasalahan akut di seantero Gaza, dengan warga yang kelaparan menghadang konvoi WHO karena berharap dapat memperoleh makanan.

"Perpindahan warga secara paksa tersebut juga akan menyebabkan lebih banyak overcrowding (kelebihan penghuni), meningkatkan risiko penyakit menular, dan mempersulit pengiriman bantuan kemanusiaan," imbuh Peeperkorn.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan kembali seruannya kepada komunitas internasional untuk mengambil langkah-langkah mendesak guna mengatasi "bahaya besar" yang sedang dihadapi oleh warga Palestina.

Menurut penilaian terbaru WHO, Gaza memiliki 13 rumah sakit yang berfungsi sebagian, dua rumah sakit yang berfungsi secara minimal, dan 21 rumah sakit yang tidak berfungsi sama sekali. (Antara)

Load More