Atta Halilintar Dikritik Pakar Komunikasi, Dianggap Pamer Kemewahan: OKB!

Matamata.com - Kritik kembali menghampiri Atta Halilintar. Kali ini bukan lagi soal kemesraan dengan sang istri, Aurel Hermansyah, tetapi soal pamer kemewahan.

Gaya Atta Halilintar yang berbulan madu dengan Aurel Hermansyah menggunakan pesawat pribadi disorot oleh Pakar Komunikasi Ade Armando. 

“Mereka bulan madu ke Bali, kok pakai pesawat pribadi? Memang kalian nggak mau berada di satu pesawat dengan orang biasa-biasa saja?” tanya Ade Armando dikutip dari akun @lambe_turah, Minggu (11/4/2021). “Kepengin merasa istimewa sehingga harus terpisah?” tegasnya.

Baca Juga:
Atta Halilintar Tak Doyan Aurel Hermansyah Terlihat Seksi, Kenapa Sih?

Tidak hanya soal pesawat pribadi, Ade Armando juga mengulik tas mewah yang dipakai Aurel Hermansyah. Aksesoris dari brand Perancis itu harganya ditaksir ratusan juta rupiah.

“Salah satu yang saya ingat adalah tas Hermes yang digunakan Aurel harganya Rp 235 juta. Buat saya, ini sih menggelikan,” jelas Ade Armando.

Pria yang juga merupakan dosen UI menyadari, apa yang dilakukannya memang kritik dan terkesan nyinyir. Namun menurutnya hal itu harus diungkap.

Baca Juga:
Tim Jordi Onsu Kecelakaan, KD Tanggapi Atta Pengen Punya 15 Anak

“Maaf ya kalau saya nyinyir. Tapi apa yang dipertontonkan pasangan muda ini jelas memalukan dan menakutkan,” terang Ade Armando.

Ia bahkan memiliki julukan buat Atta Halilintar. Merepresentasikan apa yang dilakukan YouTuber nomor satu se-Indonesia ini.

"Atta itu adalah perwakilan Crazy Rich Indonesian baru. Orang kaya baru yang lazim mempertontonkan gaya hidup yang mewah,” katanya. “Tetapi tanpa peduli pada kondisi mayoritas masyarakat Indonesia yang jauh dari kesejahteraan,” imbuh Ade Armando.

Baca Juga:
Mobil Kru Jordi Onsu Kecelakaan, KD Marah Atta Halilintar Mau Punya 15 Anak

Bahwa nantinya ada dampak negatif yang timbul dari masyarakat membuat Ade Armando khawatir. Mereka yang menonton, tidak bisa mengikuti gaya hidup sang YouTuber.

“Dalam ilmu sosial, mereka yang dikatakan datang dari kelompok ekonomi rendah menjadi frustasi bukan karena kemiskinan mereka,” kata Ade Armando. “Yang bikin frustasi, marah, depresi adalah saat mereka sudah bekerja keras, tapi tetap miskin,” bebernya.