Matamata.com - Tahun 2000an awal menjadi awal kebangkitan acara televisi tanah air, terutama Reality Show dan acara musik. Anak 2000an pasti nggak asing dengan program Planet Remaja dong.
Program musik unggulan yang dibawakan oleh Dwi Andhika ini masih terkenang di benak kita semua. Belum lagi sesi pembacaan zodiak menjadi sesi yang paling ditunggu di Planet Remaja.
Oh ya, nggak afdol jika sebuah program acara tak memiliki jargon andalan. Planet Remaja adalah satu di antara beberepa program yang memiliki jargon unik dan susah dilupakan yakni ''Peace, love, and gaul.'' Jargon yang dianggap funky pada zamannya ini masih terkenang dengan jelas hingga sekarang.
Selain Planet Remaja, masih ada enam program acara yang jargonnya juga bikin kita senyum-senyum waktu nyebutin, berikut ini program acaranya.
Take Me Out merupakan program acara yang diadopsi dari luar negeri. Dibawakan oleh Choky Sitohang, acara pencarian jodoh ini mencuri perhatian penonton Indonesia.
Belum lagi jargon andalan ''Tunjukkan Pesonamu'' yang disebut oleh Choky Sitohang masih teringat jelas hingga sekarang.
Hayo, siapa yang ingat dengan acara Berpacu dalam Melodi. Kalian yang mengalami masa remaja pada tahun 90an pasti nggak asing dengan acara ini.
Sama seperti dua program sebelumnya, acara yang dipandu oleh Koes Hendratmo ini memiliki jargon khas yang tak mudah dilupakan, yakni ''Berpacu dalam melodi.''
3. Ups Salah
Acara Relaity Show Ups Salah yang dibawakan oleh Vincent Rompies ini kerap kali membuat penonton geregetan sekaligus tertawa. Bagaimana tidak, Vincent Rompies kerap mengerjai orang lewat telepon hingga orang yang dikerjai marah.
Setelah misi selesai dijalankan, maka Vincent Rompies akan menghampiri korban dan berteriak ''Ups Salah''. Jargon tersebut lah masih terkenang dan kadang keluar jika orang-orang melakukan kesalahan.
4. Spontan
Spontan adalah program komedi yang dibawakan oleh Komeng. Mulai dari dubbing suara hewan hingga mengerjai orang, Komeng selalu berhasil mengocok perut penonton.
Tak lupa, di akhir mengerjai orang Komen selalu berteriak ''Spontan Uhuyyy.''
5. Kena Deh
Sama seperti Ups Salah dan Spontan, Kena Deh yang dipandu oleh Pandji Pragiwaksono ini juga mengerjai orang. Namun Pandji Pragiwaksono memberikan sejumlah pertanyaan, dengan hadiah Rp 50 ribu untuk setiap jawaban yang benar.
Serunya setiap selesai memberi uang, maka Pandji akan berteriak ''Kena Deh'' sembari melihat ke kamera.
6. Sergap
Tak melulu soal reality show, program berita Sergap juga mencuri perhatian apalagi jika Bang Napi sudah keluar. Tak hanya wajah bertopen Bang Napi saja yang ditunggu, namun jargon andalannya pun menjadi gong utamanya.
''Ingat, kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan, waspadalah, waspadalah,'' kata Bang Napi.
Tag
Berita Terkait
-
Astagfirullah! Alami Kebutaan, Adul Tetap Ikhlas jadi Bahan Lawakan Komeng
-
Gokil! Komeng Resmi Raih Suara Tertinggi di DPD Jawa Barat
-
Reaksi DPR Ian Ketika Disebut Mirip Komeng
-
Ocehannya Dicap Kayak Politisi, Komeng Balas Rosi: Harus Belajar, Nanti Saya akan Lebih Ngaco Lagi
-
Ditanya soal Surat Imajiner, Komeng Cecar Balik Rosi Silalahi: Ibu Sebenarnya Tahu, Orang Jurnalis Kan!
Terpopuler
-
Bisnis Kuliner Dibakar di TMP Kalibata, A. Hadiansyah Lubis Desak Pihak Terkait Usut Tuntas
-
Tim Gabungan Tangkap Tiga Terduga Pemburu Rusa di Pulau Komodo
-
Prabowo Jenguk Korban Kecelakaan Mobil Pengantar MBG di RSUD Koja
-
Atalia Praratya Dijadwalkan Hadiri Sidang Perdana Gugatan Cerai di PA Bandung
-
Polri Bidik Korporasi Pembalakan Liar Penyebab Banjir Sumut dengan Jerat Pidana Lingkungan dan TPPU
Terkini
-
100,000 Lebih Penonton Sudah Hadapi Bunda Corla di Bioskop, Film 'Mertua Ngeri Kali' Disambut Hangat Penonton
-
Akhirnya Bertemu Bunda Corla di Layar Lebar Lewat Film 'Mertua Ngeri Kali', Tayang Mulai Hari Ini
-
Dari Instagram ke Layar Lebar: Kisah Bunda Corla, Si Ratu Jreng yang Kini Jadi 'Mertua Ngeri Kali'
-
Film Dokumenter Gestures of Care Tayang di JAFF 2025, Tingkatkan Kesadaran tentang Kebakaran Hutan di Kalimantan
-
Review Film Kuyank: Saatnya Horor Berbicara soal Realita Kultural, Bukan Hiperbola