Matamata.com - Di tengah pandemi Covid-19, grup band indie asal Jakarta Everlook resmi merilis album pertama bertajuk “Story” pada Maret 2021 melalui Spotify, Apple Music, Joox dan lain-lain. Album ini terdiri dari 12 single lagu bernuansa folk-rock yang menggambarkan dualisme dari realitas.
Story sebagai sebuah album yang berusaha menampilkan dua sisi realita kehidupan manusia, sisi baik yang menggambarkan kehidupan penuh warna, kebahagiaan, dan sukacita, sementara bagian lainnya menggambarkan kehidupan gelap yang dipenuhi rasa hampa dan putus asa.
"Penggambaran dua sisi kehidupan yang kontradiktif dari album pertama kami (Story) bertujuan untuk mempersembahkan beragam kisah dari berbagai situasi senang dan sulit terutama di masa pandemi seperti ini," kata Erka, vokalis Everlook.
Gitaris dari grup band yang terbentuk pada November 2019, Danau Antariksa menambahkan, situasi saat ini memang sulit, bahkan untuk tahu bagaimana kabar orang terdekat kita hanya bisa berbicara melalui telepon atau chatting.
"Di acara seperti perkawinan atau pergaulan yang biasanya dipenuhi dengan kebahagiaan dan cinta pun masih ada sisi sulit dan gelapnya, dibatas-batasi oleh protokol ini dan itu. Kita lebih sering terhubung dengan dunia maya. Jadi saya berharap "Story" ini dapat menemani dan mewakili berbagai macam emosi yang kita rasakan setiap hari baik yang positif maupun negatif sebagai bagian dari perasaan manusia," paparnya.
Menurut survei yang dilakukan pada laman resmi milik Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) menemukan sebanyak 64,8 persen dari 4,010 orang responden memiliki masalah psikologis cemas, depresi, trauma setelah melakukan pemeriksaan mandiri via daring terkait kesehatan jiwa dampak dari pandemi COVID-19.
Bagian pertama dari “Story” menceritakan keindahan percintaan, ekspresi tulus, dan energi positif kehidupan. Album dibuka dengan Intro dan Running Out of Time. Diikuti lagu berikutnya berlirik “nyentrik” pada Hold On, My Love, dan Ekepupu.
Pada bagian kedua album, menggambarkan perspektif yang lebih realistis dan pragmatis dari berbagai emosi melalui Prayer of a Lover. Dilanjutkan dengan lagu yang terinspirasi dari kehidupan keluarga Erka, Come Again/Castaway. Bagian kedua album membawa pendengar berorientasi dalam suasana yang berbeda dengan menyisipkan Interlude sebagai “jeda”.
Pada bagian akhir album, Everlook berpesan kepada pendengarnya untuk menerima setiap perasaan yang hadir, menafsirkannya kembali, dan perlahan menyadari emosi/perasaan manusia yang rumit.
Musisi Indie pendatang baru yang berhasil memikat penikmat musik ini memproduksi albumnya melalui kolaborasi bersama D27 Studio dan WestEnd Jakarta Records. Album “Story” milik Everlook kini sudah tersedia di lebih dari 150 Digital Platform, seperti Spotify, iTunes, JOOX, Soundcloud, dan lainnya.
Berita Terkait
Terpopuler
-
Dari Jakarta Hingga Jayapura, Special Screening Film Timur Banjir Antusiasme Penonton
-
BGN Perketat SOP MBG, Distribusi Makanan Kini Hanya Sampai Depan Pagar Sekolah
-
Stok Pangan DIY Dipastikan Aman Jelang Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
-
Kasus Bupati Lampung Tengah, KPK Soroti Rekrutmen Parpol dan Mahalnya Biaya Politik
-
Presiden Prabowo Apresiasi Perjuangan Atlet SEA Games, Kirim Salam dan Siapkan Bonus Rp1 Miliar
Terkini
-
Akhirnya Bertemu Bunda Corla di Layar Lebar Lewat Film 'Mertua Ngeri Kali', Tayang Mulai Hari Ini
-
Dari Instagram ke Layar Lebar: Kisah Bunda Corla, Si Ratu Jreng yang Kini Jadi 'Mertua Ngeri Kali'
-
Film Dokumenter Gestures of Care Tayang di JAFF 2025, Tingkatkan Kesadaran tentang Kebakaran Hutan di Kalimantan
-
Review Film Kuyank: Saatnya Horor Berbicara soal Realita Kultural, Bukan Hiperbola
-
Becoming Human Raih Golden Hanoman di Penutup JAFF20: Festival Dua Dekade yang Tegaskan Posisinya di Sinema Asia