Yohanes Endra | MataMata.com
Gapura Gang Durian, penerima bantuan Program Kampung Berseri Astra. (Suara.com/Maria)

Matamata.com - Astra menggagas Program Kampung Berseri Astra (KBA) yang telah memberikan dampak positif di beberapa daerah Kalimantan Barat, salah satunya di Gang Durian, Adi Sucipto, Sungai Raya, Kubu Raya. Kawasan ini tidak memiliki tanda bertuliskan 'Binaan PT Astra International Tbk', sehingga cukup sulit dikenali jika tidak bertanya.

Gang kecil ini, cukup untuk dilewati dua motor, memiliki panjang sekitar 450 meter. Suasananya tenang, dengan warga yang ramah dan saling menyapa saat berpapasan.

Warga Gang Durian hidup berdampingan dengan aliran Sungai Kapuas yang indah di ujung gang. Di sini, Astra berkontribusi melalui program budidaya keramba ikan nila.

Baca Juga:
Jakarta Doodle Fest Art School Roadshow Dukung Mahasiswa Kembangkan Karya!

Keramba ikan nila hasil dari program Kampung Berseri Astra di Gang Durian, Adi Sucipto, Sungai Raya, Kubu Raya, Kalimantan Barat. (Suara.com/Maria)

Ketua Pengelola Tambak Ikan Program KBA, Juanda memberikan penjelasan terkait program budidaya keramba ikan nila.

"Sudah berjalan kalau tidak salah sejak tahun 2019," kata Ketua Pengelola Tambak Ikan Program KBA, Juanda (63), saat ditemui pada Jumat (25/10/2024) sore.

"Saya dulu itu nelayan, bukan warga asli di sini. Cuma memang istri saya orang kampung sini. Tapi saat menerima bantuan dari Astra saya saat itu memang sudah tidak lagi bekerja,” ujarnya.

Baca Juga:
Apa itu VPN dan Manfaatnya untuk Keamanan Online

Menurut Juanda, Astra tidak menentukan jenis usaha, sehingga warga sepakat memilih budidaya ikan nila.

“Jadi dulu itu banyak usaha tambak ikan nila di sini. Hampir rata kalau dulu itu. Kita ini melihat itu jadinya dipilihkan untuk membuat kerambak ikan dari modal yang diberikan,” jelasnya.

Selama lima tahun, usaha ini tak selalu memberikan hasil besar, hingga anggota kelompok yang awalnya berjumlah 10 orang kini tersisa empat.

Baca Juga:
Rayakan HUT Pernikahan ke-10, Raffi Ahmad Ingin Tambah Momongan

"Dulu itu kami ada 10 orang yang aktif. Namun makin tahun, sekarang sisa 4 orang. Dulu ada anak muda, namun karena hasilnya memang tidak begitu besar dan sulit dibagi, mereka mencari pekerjaan lain," kata Juanda dengan nada pasrah.

Juanda menjelaskan bahwa sebagian besar modal habis untuk membangun 4 tambak ukuran 4x4 meter, dan biaya utama mereka adalah pakan ikan.

"Meskipun hanya pas-pasan, usahanya masih tetap kami jalankan sampai sekarang. Namun memang yang berat itu dari pakan ikan," ujarnya.

Baca Juga:
Menunjang Gaya Hidup Digital, Pentingnya VPN dan Manfaatnya untuk Keamanan Online

Juanda tidak banyak mengeluh, tetapi berulang kali menyebut bahwa pakan ikan adalah kendala utama. Dengan total sekitar 4000 ikan nila, kebutuhan pakan mencapai 50 kg seminggu.

"Satu karung pakan ikan seberat 50 kg itu, habis dalam seminggu. Itu saja sudah kita coba kurangi dari sebelumnya. Sedangnya satu karung biayanya itu Rp 400 ribu-an. Sebulan kira-kira Rp 1.6 juta hanya untuk pakan," terangnya.

Proses panen membutuhkan waktu sekitar 3 bulan, dengan harga jual Rp 30 ribu per kilogram. Ketika ditanya soal bagi hasil, Juanda tersenyum.

"Tidak ada bagi hasil. Memang hasil jual yang didapatkan itu tidak kita bagi. Kita kumpulkan ke kas kembali dan hasilnya buat kita putarkan ke pakan ikan lagi. Jadi kami sama sekali tidak ada hasil dalam bentuk uang untuk dibagikan," ujarnya.

Kondisi ini membuat beberapa anggota mundur dari program ini yang seharusnya bisa berkelanjutan. Meski demikian, menurut Juanda, ada sosok Boy sebagai salah satu pengurus yang masih bertahan.

"Nah kalau ini Boy, dia juga salah satu pengurus yang masih bertahan sampai sekarang," ujar Juanda memperkenalkan.

Boy berharap Astra bisa membantu terkait permasalahan pakan ikan. Meski begitu, mereka tidak menyalahkan Astra, yang sudah memberikan modal awal untuk tambak ikan secara cuma-cuma.

"Mereka (Astra) memberi modal cuma-cuma untuk kami kembangkan. Mereka tak masalah jika memang usaha ini nantinya tak berhasil atau jika harus bangkrut. Namun kami merasa ini tanggungjawab kami, kami malu jika ini harus bangkrut. Toh masih bisa dipertahankan sampai sekarang meskipun tak jarang kami kadang patungan untuk menutup kerugian," jellas Juanda.

"Kami berharap ada bantuan soal pakan ikan. Jika bisa sepenuhnya kita berterima kasih sekali, tapi jika hanya setengah pun sudah Alhamdulillah. Kami malu mau meminta langsung," ujar Boy.

Keramba Ikan Nila dari Program Kampung Berseri Astra di Gang Durian, Sungai Raya, Kubu Raya, Kalimantan Barat. (Suara.com/Maria)

Mereka mengakui bahwa Astra sering berkunjung dan memberi bantuan sembako atau bantuan hari raya kepada warga Gang Durian, sehingga Juanda, Boy, dan dua anggota lainnya tetap menjalankan tambak ini.

"Mereka kalau kita minta bantuan terkait ini, pasti diberikan. Mereka baik sekali. Cuma kita pasti malu. Mereka sudah banyak membantu masyarakat di sini. Dan saya rasa adanya tambak ikan ini menjadi penyambung antara kami dan Astra. Tapi kami berharap ada bantuan, entah dari Astra atau dari pemerintah," ujar Boy dengan wajah penuh harap, yang turut mendapatkan anggukan dari Juanda.

Load More