Matamata.com - Woro Widowati, penyanyi muda asal Magelang, akhirnya merilis single original terbarunya yang berjudul “Patgulipat.”
Lagu ini menjadi momentum penting bagi Woro, bukan hanya sebagai bukti bahwa ia tetap konsisten berkarya, tetapi juga sebagai pengenalan kembali dirinya sebagai penyanyi sekaligus penulis lagu.
Sebelum ini, Woro Widowati cukup lama dikenal lewat berbagai lagu cover yang viral di YouTube dan platform digital.
“Patgulipat” ditulis langsung oleh Woro, menegaskan bahwa ia bukan sekadar penyanyi cover dengan suara merdu, tetapi juga seorang songwriter yang mampu menuangkan pengalaman pribadi menjadi karya musik.
“Patgulipat” bercerita tentang keraguan dan kebimbangan hati ketika dihadapkan pada dua pilihan cinta namun tidak mampu menentukan satu yang pasti.
Terinspirasi dari kisah pribadinya, Woro menghadirkan lirik yang dekat dengan realita banyak orang, yaitu cinta yang lahir karena terbiasa, namun sering membawa dilema antara perasaan dan logika.
Judul Patgulipat dipilih karena unik dan jarang digunakan sebagai judul lagu. Kata ini sendiri mengandung arti “selingkuh” atau “sembunyi,” merepresentasikan dinamika rumitnya hubungan percintaan.
Bagi Woro, judul ini menjadi metafora dari permainan hati dan pilihan yang penuh risiko.
Sebagai karya personal, “Patgulipat” terasa sangat istimewa bagi Woro.
Tidak hanya diangkat dari pengalaman nyata, tetapi juga melalui proses panjang yang penuh perjuangan hingga akhirnya rampung.
Saat proses rekaman dan syuting video musik, banyak momen menarik tercipta.
Salah satunya adalah saat adegan full band, di mana Woro diminta mendalami peran dan benar-benar menghayati lagu. Momen itu membuat suasana syuting menjadi emosional dan menyentuh.
Lewat “Patgulipat,” Woro ingin menyampaikan bahwa setiap orang akan selalu dihadapkan pada pilihan dalam hidup maupun cinta.
Rasa takut sering membuat kita menunda keputusan, padahal kejujuran hati adalah kunci untuk menjalani hubungan yang sehat tanpa adanya perselingkuhan.
Tentang Woro Widowati
Woro Widowati adalah penyanyi muda asal Magelang yang dikenal lewat konten cover lagu Pop Jawa di YouTube, dengan jutaan penonton dan pengikut setia.
Meski awalnya melejit lewat cover, Woro kini menegaskan identitasnya sebagai musisi dengan karya orisinal.
Namanya juga tercatat dalam sejarah ketika ia menjadi artis perempuan hyperlokal pertama dari Indonesia yang terpilih dalam kampanye Spotify EQUAL dan bahkan mendapat kesempatan tampil di billboard Times Square, New York pada 2023.
Melalui “Patgulipat,” Woro ingin menunjukkan sisi baru dalam perjalanan musiknya, sebagai seorang penyanyi sekaligus penulis lagu, seraya memperkuat profilnya di mata media dan publik.
“Patgulipat” sudah dapat didengarkan di seluruh digital streaming platform melalui tautan ini: https://worowidowati.bfan.link/patgulipat
Berita Terkait
-
Menuju Tahun ke-5, Cherrypop Umumkan Lineup Fase Pertama dan Commission Artist
-
Kedewasaan Musikal Naura Ayu dalam Single 'Lampu Jalan'
-
Hits di Era 90-an, Penyanyi Efah Aaralyn Bangkitkan Lagu 'Ingat Ingat Pesan Mama'
-
Paksiband Rilis 'Buta Murka', Kritik Politik Ganas dalam Balutan Keroncong
-
Menkum Supratman Dorong Audit LMK dan LMKN Demi Transparansi Royalti Musik
Terpopuler
-
Bisnis Kuliner Dibakar di TMP Kalibata, A. Hadiansyah Lubis Desak Pihak Terkait Usut Tuntas
-
Tim Gabungan Tangkap Tiga Terduga Pemburu Rusa di Pulau Komodo
-
Prabowo Jenguk Korban Kecelakaan Mobil Pengantar MBG di RSUD Koja
-
Atalia Praratya Dijadwalkan Hadiri Sidang Perdana Gugatan Cerai di PA Bandung
-
Polri Bidik Korporasi Pembalakan Liar Penyebab Banjir Sumut dengan Jerat Pidana Lingkungan dan TPPU
Terkini
-
100,000 Lebih Penonton Sudah Hadapi Bunda Corla di Bioskop, Film 'Mertua Ngeri Kali' Disambut Hangat Penonton
-
Akhirnya Bertemu Bunda Corla di Layar Lebar Lewat Film 'Mertua Ngeri Kali', Tayang Mulai Hari Ini
-
Dari Instagram ke Layar Lebar: Kisah Bunda Corla, Si Ratu Jreng yang Kini Jadi 'Mertua Ngeri Kali'
-
Film Dokumenter Gestures of Care Tayang di JAFF 2025, Tingkatkan Kesadaran tentang Kebakaran Hutan di Kalimantan
-
Review Film Kuyank: Saatnya Horor Berbicara soal Realita Kultural, Bukan Hiperbola