Matamata.com - Singkong yang dikenal sebagai makanan tradisional di Indonesia ternyata berasal dari luar negeri. Singkong ternyata dibawa oleh Pemerintah Kolonial Belanda dari Peru, negara di Amerika Selatan pada tahun 1850.
Fakta itu diungkap oleh peneliti sekaligus sejarahwan lulusan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Christopher Reinhart.
Singkong dari Peru ini merupakan salah satu temuan Reinhart melalui penelitiannya yang masih berlangsung mengenai pangan alternatif di Indonesia pada masa Kolonial Belanda. Studi ini direncanakan rampung di 2024.
"Singkong baru diperkenalkan ke Indonesia tahun 1850-an, dibawa dari Peru oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Ditanam pertama kali di Maluku," katanya dalam diskusi publik bertema "Mereka Ulang Warisan Sejarah dalam Relevansi Masa Kini", Kamis (14/12/2023).
Saat itu, kata Christopher Reinhart, Maluku sebatas menjadi lokasi percobaan. Dari sana, barulah singkong diproduksi dan didistribusikan secara masif di Pulau Jawa yang kala itu sedang mengalami krisis beras dan kelaparan akibat pemberlakuan sistem tanam paksa.
Namun, belum ada jawaban mengenai alasan pemilihan Maluku sebagai lokasi percobaan. Kemudian, berbicara alasan pemerintah Kolonial memilih singkong dan membawanya ke Indonesia, ini karena berkaca dari keberhasilan Spanyol menjadikannya sebagai pangan alternatif di Peru.
Menurut Reinhart, pemerintah Kolonial Belanda hingga abad ke-20 melihat indikator suatu wilayah sedang mengalami krisis pangan atau kelaparan dengan singkong. Belanda saat itu tak memikirkan pilihan pangan alternatif lainnya, juga tidak mempertimbangkan masyarakat setempat menyukainya atau tidak.
Di sisi lain, Belanda yang terpengaruh kesuksesan revolusi di Prancis dan Inggris memandang singkong sebagai makanan kelas bawah, sehingga menurut mereka tepat untuk memberikannya pada masyarakat di daerah jajahan.
"Ini buat orang jajahan, saya ambil yang jelek saja. Makanya diambilah singkong. Karena pada waktu itu, kalau jagung misalnya juga alternatif, tetapi jagung digunakan juga di Eropa. Eropa kan makan jagung juga," jelas Reinhart yang juga mengatakan tak sebatas pangan, pandangan serupa juga berlaku pada pakaian dan hal-hal lainnya.
Namun, Reinhart merujuk beberapa arsip mengungkapkan pengenalan singkong di Jawa pada awalnya tidak begitu sukses karena masyarakat setempat tak menyukai singkong.
Singkong baru mengalami puncak popularitas waktu periode penjajahan Jepang karena saat itu sudah tidak ada makanan lagi.
"(Singkong) baru terkenal itu tahun 1940-an. Sepanjang 1850 pertama diperkenalkan sampai akhir kolonial, itu singkong tidak terlalu terkenal. Baru periode Jepang, booming, tiwul dan sebagainya," kata Reinhart yang sudah mempublikasikan 19 artikel dan jurnal tentang sejarah Indonesia itu.
Demi memperkuat temuan ini, dia mengatakan, pada relief di Candi Borobudur yang menceritakan makanan asli Indonesia, tak ada singkong di antara makanan seperti nangka dan pisang.
"Di relief Borobudur yang menceritakan tentang makanan asli Indonesia itu tidak ada (singkong). Di situ ada nangka, pisang, asem, tetapi tidak ada singkong. Cabai juga tidak ada karena cabai baru datang," katanya. (Antara)
Tag
Berita Terkait
-
Support Suaminya, Pinkan Mambo Rela Lakukan Ini Supaya Jualanan Singkong Arya Khan Laku Keras
-
Pernah Akui Lebih Kaya Dari Raffi Ahmad, Pinkan Mambo Kini Gak Gengsi Jualan Singkong
-
Pinkan Mambo Bahas Malam Pertama dengan Arya Khan: Pokoknya Panjang, Kuat, Enak Lagi
-
Hidup Pinkan Mambo Berubah Drastis, Terpaksa Jualan Singkong dan Tidur di Kamar Sempit
-
Heboh, Percakapan Arya Khan Usai Unboxing Pinkan Mambo Di Malam Pertama Pernikahannya: Lebih Suka Di atas Daripada Di bawah
Terpopuler
-
Satgas Telusuri Dugaan Kerusakan Hutan Penyebab Banjir dan Longsor di Sumatera
-
ESDM Identifikasi 23 Izin Tambang di Tiga Provinsi Terdampak Banjir dan Longsor
-
Menkeu Siapkan Dana Tambahan, Tunggu BNPB Ajukan Anggaran Penanganan Banjir Sumatera
-
Siswa MTs di Banyuwangi Raih Medali Perak di Olimpiade Sains Junior Internasional Rusia
-
Kemenag dan LPDP Kebut Penyaluran Beasiswa Menjelang Batas Akhir Anggaran 2025
Terkini
-
Satgas Telusuri Dugaan Kerusakan Hutan Penyebab Banjir dan Longsor di Sumatera
-
ESDM Identifikasi 23 Izin Tambang di Tiga Provinsi Terdampak Banjir dan Longsor
-
Menkeu Siapkan Dana Tambahan, Tunggu BNPB Ajukan Anggaran Penanganan Banjir Sumatera
-
Siswa MTs di Banyuwangi Raih Medali Perak di Olimpiade Sains Junior Internasional Rusia
-
Kemenag dan LPDP Kebut Penyaluran Beasiswa Menjelang Batas Akhir Anggaran 2025