Riki Chandra | MataMata.com
Singkong di Indonesia. [Dok.Antara]

"Ini buat orang jajahan, saya ambil yang jelek saja. Makanya diambilah singkong. Karena pada waktu itu, kalau jagung misalnya juga alternatif, tetapi jagung digunakan juga di Eropa. Eropa kan makan jagung juga," jelas Reinhart yang juga mengatakan tak sebatas pangan, pandangan serupa juga berlaku pada pakaian dan hal-hal lainnya.

Namun, Reinhart merujuk beberapa arsip mengungkapkan pengenalan singkong di Jawa pada awalnya tidak begitu sukses karena masyarakat setempat tak menyukai singkong.

Singkong baru mengalami puncak popularitas waktu periode penjajahan Jepang karena saat itu sudah tidak ada makanan lagi.

"(Singkong) baru terkenal itu tahun 1940-an. Sepanjang 1850 pertama diperkenalkan sampai akhir kolonial, itu singkong tidak terlalu terkenal. Baru periode Jepang, booming, tiwul dan sebagainya," kata Reinhart yang sudah mempublikasikan 19 artikel dan jurnal tentang sejarah Indonesia itu.

Demi memperkuat temuan ini, dia mengatakan, pada relief di Candi Borobudur yang menceritakan makanan asli Indonesia, tak ada singkong di antara makanan seperti nangka dan pisang.

"Di relief Borobudur yang menceritakan tentang makanan asli Indonesia itu tidak ada (singkong). Di situ ada nangka, pisang, asem, tetapi tidak ada singkong. Cabai juga tidak ada karena cabai baru datang," katanya. (Antara)

Load More