Matamata.com - Anggota Komisi X DPR RI, Andi Muawiyah Ramly, menegaskan agar Kementerian Agama (Kemenag) memastikan penerapan Kurikulum Cinta di madrasah tidak sekadar menjadi slogan, melainkan benar-benar memperkuat pendidikan berbasis nilai luhur bangsa dan agama.
"Jangan sampai Kurikulum Cinta hanya menjadi jargon tanpa substansi yang jelas. Yang dibutuhkan saat ini bukan sekadar nama yang menarik, tapi penguatan sistem pendidikan yang berakar pada nilai-nilai luhur bangsa dan agama," kata Andi di Jakarta, Rabu (10/9).
Ia menilai setiap kurikulum harus mampu menjawab tantangan zaman serta memberi dampak nyata bagi pembentukan karakter generasi muda.
"Kurikulum Cinta tentu baik secara semangat, tapi harus dijelaskan secara konkret, nilai apa yang diajarkan, kompetensi apa yang dibangun, dan bagaimana indikator keberhasilannya. Jangan sampai nilai-nilai luhur seperti toleransi, kasih sayang, dan empati hanya menjadi materi tempelan," ujarnya.
Andi menambahkan, di madrasah yang berbasis keagamaan, nilai cinta seharusnya sudah melekat dalam proses pendidikan. Karena itu, inovasi kurikulum sebaiknya diarahkan pada penguatan metode pembelajaran, pelatihan guru, dan lingkungan pendidikan yang mendukung pembentukan karakter.
Selain itu, ia mengusulkan evaluasi mendalam terhadap kurikulum yang ada sebelum menambah nomenklatur baru. Menurutnya, peningkatan kapasitas guru harus menjadi prioritas agar mereka mampu menginternalisasikan nilai cinta dalam pembelajaran, bukan hanya menyampaikannya secara teoritis.
"Saya kira justru yang perlu dilakukan juga adalah penguatan ekosistem pendidikan yang berkarakter. Misalnya, melalui kegiatan intra dan ekstrakurikuler yang menumbuhkan empati, kepedulian sosial, dan nilai-nilai kemanusiaan," jelasnya.
Sementara itu, Kemenag melalui Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah, Nyayu Khodijah, menegaskan Kurikulum Berbasis Cinta bukan pengganti, melainkan pengayaan kurikulum pendidikan Islam yang sudah ada.
"Kurikulum Berbasis Cinta memberikan jiwa pada kurikulum. Ini bukan sekadar revisi konten, tapi pendekatan baru yang lebih berkarakter, spiritual, dan kontekstual," kata Nyayu.
Ia menuturkan kurikulum tersebut menekankan terciptanya lingkungan belajar yang mencerminkan kasih sayang, termasuk melalui gerakan cinta lingkungan seperti penanaman pohon dan pelestarian alam. (Antara)
Berita Terkait
-
Belasan Triliun Digelontorkan, Pemerintah Tuntaskan Krisis Guru Keagamaan pada 2026
-
Anggota DPR Dorong OJK Cabut Aturan Penagihan Utang Lewat Pihak Ketiga
-
Banyu Biru Djarot Tegaskan Peran Vital Petani, Salurkan Puluhan Alat Pertanian di Madiun
-
Izin Penggalangan Dana Dinilai Tak Boleh Menghambat Solidaritas Korban Bencana
-
DPR Ajak Publik Terlibat Aktif dalam Revisi UU Kehutanan untuk Atasi Kerusakan Hutan
Terpopuler
-
Kumara Perkenalkan 'Dari Ketiadaan', Debut Instrumental yang Meramu Psychedelic, Jazz, hingga Etnik Indonesia
-
China Tegaskan Netral, Bantah Terlibat Pasok Senjata ke Kamboja
-
Jatim Tancap Gas Wujudkan Swasembada Gula, Produksi Tembus 1,2 Juta Ton per Tahun
-
Prabowo Targetkan Huntara Pengungsi Agam Tuntas Sebulan, Huntap Menyusul
-
Transaksi Judi Daring Anjlok, Menkomdigi Tegaskan Negara Hadir Lindungi Warga
Terkini
-
China Tegaskan Netral, Bantah Terlibat Pasok Senjata ke Kamboja
-
Jatim Tancap Gas Wujudkan Swasembada Gula, Produksi Tembus 1,2 Juta Ton per Tahun
-
Prabowo Targetkan Huntara Pengungsi Agam Tuntas Sebulan, Huntap Menyusul
-
Transaksi Judi Daring Anjlok, Menkomdigi Tegaskan Negara Hadir Lindungi Warga
-
Akses Jalan KKA Aceh UtaraBener Meriah Kembali Normal, Mobilitas Warga Pulih