Matamata.com - Kementerian Pariwisata terus menggalakkan budaya kebersihan sebagai dasar penting dalam pembangunan destinasi wisata yang berkualitas dan berkelanjutan melalui program Gerakan Wisata Bersih (GWB) di Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan.
Sekretaris Kementerian Pariwisata, Bayu Aji, menegaskan bahwa gerakan ini perlu menjadi bagian dari perilaku sehari-hari masyarakat. “Gerakan Wisata Bersih harus kita hidupkan sebagai budaya, bukan sekadar kegiatan. Sebuah budaya baru dalam pariwisata Indonesia, budaya yang menempatkan kebersihan sebagai identitas dan fondasi utama dalam membangun pariwisata inklusif dan kompetitif,” ujarnya melalui keterangan resmi yang dikonfirmasi di Jakarta, Senin.
Dalam pelaksanaan GWB di Lapangan Landing Paralayang Tangga 2001, Pagar Alam, Sabtu (15/11), Bayu menyampaikan bahwa GWB bukan hanya simbol, tetapi langkah nyata untuk menjawab beragam masalah dalam pengelolaan destinasi wisata. Gerakan ini disusun agar menjadi sistem yang berjalan konsisten dan melibatkan berbagai unsur masyarakat.
“Melalui kegiatan hari ini, kita berharap GWB dapat memantik semangat masyarakat Pagar Alam untuk menjaga lingkungan, memperkuat kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan pelaku wisata, serta menumbuhkan rasa bangga terhadap pariwisata bersih dan berkelanjutan,” katanya.
Bayu menambahkan bahwa arah pembangunan pariwisata nasional kini menekankan kualitas, keberlanjutan, serta keterlibatan wisatawan secara lebih bermakna. Ia menilai kebersihan bukan sekadar layanan, melainkan cerminan karakter bangsa.
“Kita percaya bahwa pariwisata yang bersih adalah pariwisata yang bermartabat. Kebersihan adalah bagian dari jati diri bangsa. Mari bersama menjadikan kebersihan sebagai nilai luhur dalam pengembangan pariwisata Indonesia, khususnya di Bumi Besemah yang kita cintai ini,” ujarnya.
Pelaksanaan GWB di Pagar Alam diisi berbagai aksi, seperti bersih-bersih destinasi secara massal, edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan, penyediaan fasilitas ramah lingkungan, serta penguatan sistem pengelolaan sampah berbasis komunitas untuk memastikan keberlanjutan. Sejumlah komunitas lari juga turut memeriahkan kegiatan melalui fun run.
Pagar Alam dipilih sebagai lokasi kegiatan karena memiliki lanskap alam yang indah, udara sejuk dataran tinggi, serta kekayaan budaya setempat. Dikelilingi perkebunan teh dan kopi, kota ini dinilai memiliki potensi besar untuk wisata alam dan ekowisata yang selaras dengan prinsip keberlanjutan.
Wakil Wali Kota Pagar Alam, Bertha, menyampaikan apresiasi atas terpilihnya kota tersebut sebagai lokasi percontohan GWB nasional. “Kegiatan ini sangat positif dalam meningkatkan promosi dan daya saing destinasi melalui praktik kebersihan dan kesehatan yang berkelanjutan. Ini juga menjaga keseimbangan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan,” kata Bertha.
Ia berharap kegiatan ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, memberi nilai tambah bagi sektor pariwisata, dan memperkuat pengelolaan destinasi lokal. (Antra)
Terpopuler
-
Survei: Mayoritas Remaja Indonesia Mager, Kemenkes Ingatkan Krisis Aktivitas Fisik
-
Becoming Human Raih Golden Hanoman di Penutup JAFF20: Festival Dua Dekade yang Tegaskan Posisinya di Sinema Asia
-
Swaradwipa: Suara yang Menolak Punah, Dokumenter Titi Radjo Padmaja Debut di JAFF 20
-
Prabowo Hapus Utang KUR Petani Aceh Terdampak Banjir dan Longsor
-
Prabowo Tinjau Lagi Lokasi Banjir Aceh, Pastikan Respons Pemerintah Berjalan Cepat
Terkini
-
Survei: Mayoritas Remaja Indonesia Mager, Kemenkes Ingatkan Krisis Aktivitas Fisik
-
Prabowo Hapus Utang KUR Petani Aceh Terdampak Banjir dan Longsor
-
Prabowo Tinjau Lagi Lokasi Banjir Aceh, Pastikan Respons Pemerintah Berjalan Cepat
-
Antrean Panjang dan Panic Buying BBM di Aceh Barat Sebabkan SPBU Kehabisan Stok
-
Gus Yahya Siap Islah, Tegaskan Pentingnya Menjaga Tata Organisasi NU