Rendy Adrikni Sadikin | MataMata.com
Deddy Corbuzier (Instagram)

Matamata.com - Ketika teror bom terjadi di Indonesia--yang berawal di Surabaya--, banyak kampanye dari masyarakat yang berseliweran di media sosial.

Dalam kampanye tersebut, masyarakat mengekspresikan kebencian, kecaman, kekesalan, rasa prihatin dan kesedihan terhadap rentetan teror bom itu.

Kampanye tersebut berbentuk tagar di media sosial, sebut saja tagar #KamiTidakTakut, #PrayForSurabaya, hingga #IndonesiaMelawanTeroris.

Namun Deddy Corbuzier, melalui video yang diunggah ke channel Youtube miliknya, memiliki pandangan lain terkait tagar-tagar tersebut.

"Keluar hashtag-hashtag yang menjadi bombardir dengan kata-kata 'Kami Tidak Takut', well I'm not agree with that," ujar Deddy Corbuzier.

Apa alasan Deddy Corbuzier tidak setuju?

Deddy Corbuzier menjelaskan bahwa motif pelaku terorisme melakukan aksi kejinya sebenarnya untuk menyebarkan ketakutan.

Menurut Deddy Corbuzier, membuat tagar #KamiTidakTakut di Twitter sejatinya tidak menyelesaikan masalah apapun.

"Dan, saya yakin sebenarnya kalian juga takut," ujar Deddy Corbuzier.

Deddy Corbuzier menyontohkan peristiwa yang dialami ayahnya ketika pergi ke gereja. Kejadian ini sudah cukup lama, kata Deddy Corbuzier.

"Ayah saya pernah ke gereja tidak mendapatkan tempat parkir di tempat biasanya dia parkir. Lalu dia bertanya ke tukang parkirnya, 'Kok enggak ada parkir?'," ujar Deddy Corbuzier menirukan ucapan ayahnya.

Kemudian, tukang parkir tersebut menjawab parkiran sudah terisi gara-gara orang yang bersangkutan ngotot.

"Lalu ayah saya memindahkan mobilnya ke depan. Pada saat ayah saya melakukan itu, kira-kira beberapa ratus meter terdengar dentuman bom. Tempat parkir ayah saya diisi oleh mobil yang berisikan bom," tutur Deddy Corbuzier.

Nama gereja tersebut adalah Bunda Hati Kudus, kejadiannya sudah lama sekali.

Deddy Corbuzier mengatakan ayahnya trauma pastinya dan mengalami ketakutan. Dan itu, menurut Deddy Corbuzier, sangat normal.

"Jadi hashtag #KamiTidakTakut atau #SayaTidakTakut itu tidak benar. Karena sebenarnya, setelah kejadian itu, yang timbul tentunya rasa takut," tutur Deddy Corbuzier.

Tapi di balik itu, ada hal baik dari kejadian tersebut.

"Ketakutan yang ditimbulkan oleh teroris membuat suatu bentuk persatuan," ujar Deddy Corbuzier.

Deddy Corbuzier mengatakan, "Ketika ada sekelompok orang yang takut, mereka akan bekerja sama untuk melawan rasa takut tersebut."

Video lengkapnya bisa disaksikan di sini:

Pesan bikin risih

Ada satu pesan dari netizen di Instagram yang membuat Deddy Corbuzier merasa rada risih.

"Saya dapat DM Instagram, saya tidak mau menyebut namanya siapa untuk menghindari pembullyan. DM Instagram itu bunyinya seperti ini 'Om, tolong bikin sebuah video dong tentang pemboman di Surabaya. Mari kita lakukan sesuatu untuk saudara-saudara kita yang seiman'," ujar Deddy Corbuzier menirukan pesan di DM tersebut.

Setelah membaca pesan itu, ekspresi Deddy Corbuzier berubah. Dia merasa risih dan tidak suka dengan pesan yang dilontarkan netizen tersebut.

"I don't like that. Kata-kata 'membela saudara yang seiman' ini artinya saya diminta membuat video untuk membela yang Kristen atau Katolik yang menjadi korban bom kemarin," ujar Deddy Corbuzier.

Menurut Deddy Corbuzier, hal itu tidak sepenuhnya benar.

"Saya yakin korbannya bukan hanya yang non-muslim. Orang muslim pun menjadi korban," ungkap Deddy Corbuzier.

Lebih jauh lagi, Deddy Corbuzier mengatakan kalimat 'membela saudara yang seiman' itu tidak sesuai dengan paham yang dianutnya.

"Saya punya sahabat yang seperti saudara. Saya tidak pernah bertanya apa agama mereka. Nggak mungkin saya berkenalan dengan seseorang lalu bertanya lebih dulu apa agamanya," ujar Deddy Corbuzier.

Jadi, menurut Deddy Corbuzier, membuat video 'untuk saudara yang seiman' itu tidak benar. Sebab, imbuh Deddy Corbuzier, saudara itu adalah satu Indonesia.

"Apapun sukunya, agamanya dan sebagainya, tetap menjadi saudara. Dan, kita tidak boleh menyalahkan satu agama di sini," ungkap Deddy Corbuzier.

Load More