Tinwarotul Fatonah | MataMata.com
Hari Moekti dulu dan kini

Matamata.com - Kabar meninggalnya rocker ternama tahun 1988-1994 Hari Moekti menjadi duka yang tak hanya dirasakan keluarganya, tetapi jamaahnya hingga penggemar saat dirinya menjadi penyanyi rock.

Pria bernama asli Hariadi Wibowo ini meninggal pada hari Minggu (24/6/2018) malam.

Genarasi millenial mungkin kurang kenal dengan sosok Hari Moekti. Pria kelahiran Cimahi 61 tahun yang lalu ini namanya tenar di akhir tahun 80an dan awal 90an.

Baca Juga:
Innalillahi, Rocker Hari Moekti Meninggal

Hari Moekti ini bahkan menjadi trendsetter fashion anak muda zaman itu. Misalnya gaya celana jeans sobek. Bahkan kalau belum mengikuti gaya Hari Moekti, remaja zaman dulu belum bisa dibilang gaul.

Lalu bagaimana ceritanya Hari Moekti bisa menjadi penyanyi rock ternama, namun kemudian memilih meninggalkan profesinya itu dan berhijrah serta menjadi pendakwah.

Baca Juga:
Fans Sebut Sombong, Begini Reaksi Iqbaal Ramadhan

Jadi rocker terlaris dan termahal

Hari Moekti lahir dari keluarga asli Solo namun tinggal di Cimahi karena mengikuti ayahnya yang saat itu seorang militer. Hari Moekti ini masih ada keturunan keraton, namun dari garis keturunan selir raja.

Sudah punya bakat menyanyi sejak kecil namun baru mulai menjual suara saat sudah remaja.

Suara Hari Moekti mulai diperhitungkan ketika dirinya hidup di Semarang. Ia menjadi penyanyi di club malam. Namun hanya tiga bulan karena setelah itu Hari bersama teman-temannya membuat grup band bernama Darodox.

Usia band itu pun tak lama karena Hari Moekti memilih kembali ke Bandung setelah ayahnya meninggal dunia pada tahun 1980.

Di Bandung pun Hari Moekti semakin menuruti passion-nya di dunia musik. ia bergabung dengan Orbit band, Primas band hingga New Bloodly band.

New Bloody band ini lah yang membuat nama Hari Moekti semakin dikenal dalam kancah musik rock Indonesia. Dan band itu menjadi batu loncatan Hari untuk ke Jakarta.

Di Jakarta, Hari Moekti bergabung dengan Makara (1982-1985) dan Krakatau (1985). Namun band-band itu hanya jembatan untuk Hari menjadi lebih dikenal. Karena pada akhirnya ia memilih untuk bersolo karier.

Dan benar saja, saat album solo kariernya meledak di pasaran. Di antaranya Lintas Melawai pada tahun 1987, Ada Kamu, Aku Suka Kamu Suka dan Satu Kata bersama grup band Adegan.

Selama berkarier di dunia musik, setidaknya Hari Moekti memiliki tujuh album yang semuanya meledak kecuali album terakhirnya yang berjudul Di Sini.

Hari Moekti bisa juga dibilang jadi salah satu rocker yang punya jadwal manggung paling padat. Tentunya dengan tarif yang gila-gilaan untuk menampilkan sosok Hari Moekti.

Sekali manggung ia bisa dibayar 50 juta rupiah. Bahkan sekali iklan ia bisa menerima 75 juta rupiah. Di tahun 80an hingga 90an masih dibilang sangat mahal. Mungkin setara dengan angka miliaran rupiah di zaman sekarang.

Ini salah satu contoh lagu Hari Moekti yang pernah hits di zamannya.

Hijrah menjadi pendakwah

Ketenaran dan kekayaan yang dimilik Hari Moekti saat menjadi penyanyi ternama ternyata tak membuatnya bahagia.

Hari dalam sebuah ceramah di depan jamaahnya mengaku kalau tidak bahagia batinnya dengan semua itu. Hari Moekti cenderung gelisah setiap saat. Tak banyak bersyukur malah iri dan dengki yang selalu menghiasi hari-harinya.

Hari Moekti bahkan sempat berpikir ingin bunuh diri saking stressnya.

Lucunya, Hari Moekti tak ingin langsung bunuh diri. Namun ia ingin cepat mati dengan cara elegan yakni mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrem. Misalnya panjat tebing, arung jeram, hingga terjun payung.

Semua kegiatan itu pun ternyata tak membuat Hari Moekti bahagia. Hidupnya selalu gelisah dan tak tenang.

Hingga suatu hari ia bertemu dengan seorang ustaz yang menurutnya ceramahnya itu bisa membuat Hari Moekti tenang.

Pun Hari Moekti berpikir untuk berhijrah dengan belajar ilmu agama Islam lebih mendalam dan berdakwah.

Akhirnya Hari Moekti pun konsisten menjadi dai dan berdakwah ke mana-mana. Bahkan media sosial yang dipakainya juga digunakan untuk berdakwah.

Berikut adalah cuplikan kisah hijrah Hari Moekti yang menggetarkan jiwa.

Load More