Tinwarotul Fatonah | MataMata.com
Ilustrasi fan K-Pop. (Desain Grafis/Ema)

Matamata.com - Jangan ngaku Kpopers sejati kalau belum pernah berkorban demi bisa melihat wajah menawan Oppa dan Unnie idolamu secara langsung.

Kalau hanya sekadar fan yang menikmati karya musik K-Pop, itu sih banyak! Siapa pun bisa mengaku Kpopers di level ini. Meski tetap harus dikasih apresiasi, karena mereka sudah merelakan waktu dan kuotanya buat menikmati acara streaming, lagu atau lihat MV (music video) idol K-pop kesayangannya.

Tapi kali ini tim MataMata.com berkesempatan berkenalan dengan beberapa fan K-Pop yang benar-benar 'gila'. Gimana nggak 'gila', mereka ini tak tanggung-tanggung rogoh kocek dalam-dalam buat nonton live konser, beli album atau merchandise terkait idol K-Pop-nya. Belum lagi pengeluaran buat mengikuti fashion sang idola.

Baca Juga:
Ini Daftar Harga Tiket Konser BLACKPINK di Indonesia

''Jadi fans itu mahal,'' celetuk Ulya, si anggota Army (Fandom Bangtan Boys atau BTS) asal Yogyakarta.

Cewek yang masih berstatus mahasiswa ini lalu bercerita pengalamannya menonton konser BTS di Jakarta pada 2017. Untuk pertama kalinya ke Jakarta sendirian, kebetulan waktu itu belum tergabung di Army, katanya.

Tiket yang harus dibayarnya pun tak sedikit. Paling murah Rp 1 juta dan paling mahal Rp 3 juta. Saat itu, Ulya dapat tiket di atas Rp 1 juta.

Baca Juga:
Priyanka Chopra: Nick Jonas, Cinta Pertama dan Terakhir

Gara-gara itu, Ulya sampai harus bohong dengan tak menyebut nominal harga tiket konser pada keluarganya. Dia takut diejek karena kok mau-maunya bayar mahal cuma buat nonton konser BTS.

Uang buat nonton konser juga tak dengan mudah ia dapatkan. Beda dengan teman-temannya yang tinggal minta orangtuanya, cewek yang suka BTS sejak ikut pertukaran pelajar di Korea ini, harus menabung uang jajannya. Tak jarang ia bawa bekal ke kampus biar ngirit.

Demi bertemu RM, Jin, Suga, J-Hope, Jimin, V dan Jungkook, ia jadi lebih kreatif buat ngumpulin duit.

Baca Juga:
Single Baru Red Velvet, Really Bad Boy Kuasai Chart iTunes Dunia

BTS menang Daesang di Asia Artist Awards 2018 (Soompi)

''Aku jualan stiker gambar lucu ke anak-anak SD, kebetulan depan rumah ada SD,'' ungkapnya.

Tak hanya konser, Ulya juga mengoleksi album BTS. Meski kadang ia berpikir tidak terlalu penting, namun ending-nya tergiur saat yang lain punya.

''Album itu paling cuma aku buka sekali, setelah itu aku simpan. Beli juga karena sering kepancing teman-teman di grup. Jadinya beli,'' jelasnya.

Selain Ulya, ada beberapa fan dari beberapa fandom KPop ikut berbagi pengalaman kegilaan mereka. MataMata.com pun sengaja memilih KPopers asal daerah biar lebih gereget.

Sebut saja namanya Tysa, si Inspirit (fandom boy band Infinite). Mirip dengan Ulya, ia pernah rela nonton konser Infinite dari Solo ke Jakarta naik bis, ia juga rela mandi di Ancol sebelum konser dimulai.

''Nonton konsernya, otw dari Solo, mandi di Ancol sebelum konser karena hidup di bis,'' katanya.

Bedanya dengan Ulya, waktu itu Tysa sudah tergabung dalam fandom Inspirit. Jadi ia tak nonton sendirian.

Bersama anggota Inspirit lainnya, Tysa membuat banner tulisan dengan tujuan idola mereka ingat dengan fan yang ada di Indonesia.

''Bikin banner tulisan, supaya idolnya inget fans di sini gitu, deh,'' ucapnya.

Sungkyu, Dongwoo, Woohyun, Sungyeol, L, dan Sungjong. (Instagram/@official_ifnt_)

Satu lagi Kpopers yang berbagi pengalaman gilanya. Ialah Chu, mengaku sangat menyukai BTS. Chu ini bisa dibilang senior sebagai fan K-Pop karena sudah menyukai K-Pop sejak 2008, bahkan sebelum BTS debut.

Mengaku menyukai K-Pop awalnya karena ketularan teman kampus, Chu lama-lama ketagihan. Apalagi ia punya cita-cita untuk sekolah di sana meski akhirnya kandas.

Naksir berat sama Jimin BTS, Chu mengaku suka gelap mata kalau berhubungan dengan grup yang dia suka. Nggak cuma koleksi CD aja, tapi juga nonton konser BTS langsung ke Korea.

''Aku pribadi selalu gelap mata kalo berhubungan dengan grup yang aku suka. So like BTS, ak dateng ke setiap konsernya (yang di Asia aja pastinya), koleksi merchandise (official/dari fansite) juga, koleksi cd dan dvd itu pasti, punya lighsticknya, nonton youtube juga sampe ga ada lowongnya.

''Kayanya hal tergila yang aku lakukan sejak suka BTS adalah pulang pergi Korea - Yogyakarta dalam waktu 2 - 3 hari aja. Demi nggak bolos kerja dan bisa nonton mereka. Hampir setiap konser BTS di korea aku datang, dan paling aku cuma 2 atau 3 hari aja. Aku juga selalu nginep di hotel yang sama dengan artisnya,'' jelas Chu panjang lebar.

Keren nggak tuh?

Tapi semua itu tentu membutuhkan budget yang tidak sedikit. Untuk bepergian ke tempat konser, penggemar setidaknya membutuhkan biaya transportasi, akomodasi dan konsumsi.

Untuk tiket konser BTS di Jakarta tahun 2017 lalu, untuk posisi berdiri dekat panggung ARMY harus mengeluarkan uang konser sekitar Rp 3 juta. Itu belum termasuk akomodasi dan tiket pesawat bagi mereka yang berada di luar daerah.

Chu punya cara sendiri untuk menyisihkan uang agar bisa terus mengikuti konser BTS.

''Kalau dulu zaman masih kuliah aku ngumpulin duit dengan cari kerja part time sama uang saku dari orang tua. Kalau sekarang karena sudah kerja aku sisihin, aku juga ada kerja sampingan jualan barang-barang yang berhubungan dengan BTS. Lumayan bisa kekejarlah tiket pesawat sama konsernya.

Ya begituh aku jualan barang mereka, keuntungannya agak lumayan karena di Indonesia nggak banyak yang jual. Dari gaji juga sih, sama freelance. Demi banget sih ini,'' jelas Chu.

Yup, memang harus seniat itu. Kesukaan pada idola membuat para penggemar berpikir kreatif dan mendorong diri untuk melakukan sesuatu yang menghasilkan. Nyatanya menjadi seorang penggemar memang tidak murah.

Mengintip kegiatan Fandom Kpop

Adanya fan yang hampir punya kecintaan yang sama pada idol K-pop-nya seperti teman-teman di atas. Muncullah basis penggemar, yang biasa disebut fanbase atau fandom. Fandom ini biasanya kumpulan fan yang membentuk suatu forum untuk mendukung idolanya.

Tiap idol memiliki nama fandomnya masing-masing, misal Super Junior memiliki fandom bernama ELF, SHINee bernama SHINee World (SHAWOL), Big Bang punya VIP, SNSD punya SONE, BTS punya ARMY dan masih banyak lagi.

Di Indonesia fandom itu juga terbentuk secara terstruktur seiring mewabahnya Korean Wave. Bahkan popularitas K-Pop sudah hampir menyaingi komunitas Bollywood atau Hollywood.

Terbukti makin ke sini banyak sekali boyband atau girlband K-Pop yang menyelenggarakan konser di Indonesia. Tiketnya selalu terjual habis meskipun harganya sendiri tidak murah.

Sudah bukan rahasia lagi fandom K-pop ini begitu menggilai idolanya sampai disebut militan. Mereka tak akan tinggal diam ketika para idolanya diperlakukan buruk.

Pertanyaan yang muncul apa saja yang dilakukan fandom K-Pop?

Tim MataMata.com bertemu dengan Laras dari SHAWOL (fandom SHINee) asal Yogyakarta. Sebagai bentuk kecintaannya pada SHINee, SHAWOL secara antusias menghargai karya idolanya itu. Yakni memberi album-album mereka.

''Kayak kemarin projek pembelian album SHINee berjumlah 525 dari SHAWOL Indonesia,'' jelas Laras.

 SHINee. (Instagram)

Lebih lanjut, ia menjelaskan SHAWOL Jogja kerap mengadakan pertemuan. Dalam pertemuan itu, para anggota saling berdiskusi perihal idola mereka. Selain itu, untuk memperluas informasi tentang dunia entertain Korea Selatan, para member SHAWOL ini saling bertukar file drama atau show terbaru idol mereka.

''Kegiatannya cuma kumpul aja, paling tuker info baru, file drama atau show terbaru dari SHINee,'' ujar Laras (22), member SHAWOL Jogja.

Pertemuan fandom SHAWOL Jogja biasanya dilakukan di cafe. Biayanya pun dari masing-masing anggota.

''Kalau kumpul biasa ya biasa pribadi aja. Kumpul di kafe, makan bayar sendiri,'' tambahnya.

Bila ada momen spesial dari sang idola, fandom SHAWOL mengadakan pertemuan dan mengadakan acara kecil-kecilan. Misalnya merayakan ulang tahun para member idol.

''Kalau ulang tahun yang jelas ada tiup lilin dan ada games,'' ujarnya.

Berbeda jika ada acara khusus fandom gathering. Semua sudah dipersiapkan oleh panitia, mulai dari sponsor hingga struktur acara.

''Kalau gath itu biasanya panitia, biayanya dari kas panitia, sponsor dan tiket masuk,,'' kata Laras.

Hal serupa juga dilakukan fandom Inspirit. Mereka mengadakan pertemuan hanya sekadar berbincang mengenai idola, makan bersama dan permainan kuis. Biayanya pun diperoleh dari iuran masing-masing anggota.

''Waktu itu acara gathering fans, ngobrol, makan bareng, ada kuis gitu, deh. Jadi biayanya ya donasi ditentukan berapa, nanti dapat merchandise tentang idol,'' kata Tysa.

Selain gathering fans, ada juga kegiatan lain fandom KPop. BTS Jogja misalnya, mereka mengadakan pameran foto bertajuk Sweet, Love and Faith.

Masih ingat flashmob ARMY yang dilakukan di Monas? Kegiatan fandom satu ini langsung curi perhatian Korea. Buktinya video flashmob itu ditayangkan di acara Asia Artist Awards 2018 yang juga dihadiri oleh BTS.

Flashmob Army Indonesia di Monas. (Instagram/@armybaseina)

Tak selalu negatif

Meski cenderung dianggap konsumtif dan agak berlebihan, menjadi penggemar K-Pop juga ada sisi positifnya. Bagi orang awam yang tak tahu kenikmatan menjadi Kpopers atau sudah 'kadung' benci K-pop. Pasti mereka berpikir KPopers itu alay, bikin boros, buang-buang waktu dan serentetan imej negatif lainnya.

Eits jangan negatif thinking dulu. Berawal dari menyukai K-Pop, mimpi-mimpi dan cita-cita ini muncul.

Ulya misalnya, ia ingin suatu saat bisa tinggal di Korea Selatan agar bisa lebih dekat dengan BTS. Impian gilanya adalah bisa kerja di Big HIT Entertainment, agensi yang menaungi BTS.

Sayangnya, menurut Ulya persyaratannya sangat ketat kalau mau bekerja di Big HIT Entertainment. Misalnya cewek single tidak diperbolehkan, ini untuk meminimalisir terjadinya cinta lokasi dengan superstar-nya. Belum lagi harus fasih bahasa Korea.

Meski begitu, itu menjadi semangat tersendiri untuk belajar bahasa Korea. Secara otodidak, dari mendengarkan lagu atau nonton drama Korea, sedikit-sedikit ngerti bahasa Korea.

''Kadang aku pake bahasa Korea yang gampang-gampang sehari-harinya, biar terbiasa,'' ungkapnya.

Chu juga mengutarakan dengan menyukai K-Pop membuatnya bisa sedikit bahasa Korea.

''Sekarang lumayan bisa bahasa Korea gara-gara termotivasi mereka dulu,'' katanya.

Selain bisa menghibur diri dengan beragam genre musik K-Pop yang asyik, meningkatnya hubungan sosial para penggemar dalam suatu komunitas K-Pop juga layak diperhitungkan.

Inilah yang disampaikan Chu saat ditanya apakah menjadi penggemar K-Pop itu cuma buang-buang waktu?

''Dilema sih, dibilang buang-buang waktu sebenernya iya, haha bisa betah seharian ngadep mereka. Tapi happy, jadi punya banyak mimpi. Aku bisa dateng ketempat-tempat atau negara yang aku nggak pernah bayangin sebelumnya. Aku bisa ketemu teman-teman dari seluruh penjuru dunia, sampai kayak saudara. Aku bisa belajar banyak hal,'' tambah Chu.

Comeback EXO (Soompi)

Tak melulu soal senang-senang, fandom-fandom ini juga peduli sosial. Mereka memanfaatkan momen ulang tahun idol Kpop-nya untuk menggalang dana sosial. Atau ketika ada bencana melanda, tak segan-segan mereka juga langsung menggalang sumbangan. Keren deh buat kegiatan yang satu ini.

Fandom K-Pop punya sisi positif ini sejalan dengan pandangan Dosen Kajian Audience, Fans, dan Fandom Universitas Gadjah Mada (UGM), Pulung Suci. Jika banyak yang mau menyelami lebih dalam lagi tentang fandom Kpop, kegiatan mereka tak pernah mengajarkan keburukan. Sebagai fandom mereka banyak memberikan dukungan penuh satu sama lain.

''Fans K-Pop di Indonesia bergerak bersama mendonasikan. Satu lagi, setiap mahasiswa saya yang mengangkat skripsi tentang fandom mereka tidak pernah kesulitan menemukan responden,'' kata Pulung Suci saat ditemui di daerah Jalan Kaliurang, Yogyakarta, Jumat (30/11/2018).

Lanjutnya, jika selama ini fandom selalu dianggap menjadi sebuah patologi atau hal yang dianggap tidak benar. Anggapan ini muncul ketika banyak fenomena negatif tentang fandom yang membuat publik memberikan stigma negatif pada fenomena tersebut.

''Kita harus melihat sejarah kenapa pemikiran ini bisa muncul. Karena selama ini berita fandom yang naik selalu menunjukkan contoh yang buruk,'' jelas Pulung.

Pulung menyebutkan tragedi penembakan personel band oleh fansnya dan perang antara fans BLACKPINK dan Younglex.

So, kamu yang baru mau atau punya keinginan jadi Kpopers bisa milih. Ingin jadi fan mahal atau jenis fan lainnya, tergantung kamu ya, guys. (MataMata.com/Bima Sandria Argasona/Yoeni Syafitri Sekar Ayoe/Uni Irmagani)

Load More