Yohanes Endra | MataMata.com
The Wellington [dok. Pribadi]

Matamata.com - The Wellington kuintet Indiepop asal Depok merilis album perdana mereka, Playmaker, dalam format CD sebanyak 500 keping.

Anak sulung mereka  ini merangkum 9 lagu di dalamnya. Nomor-nomor seperti Unlover hingga Burned mengingatkan kita pada The Smiths dan The Cure yang menyajikan jangly sound: tak berisik alias enteng di telinga.

Playmaker sebenarnya telah dirilis dalam versi digital pada tahun lalu lewat Bandcamp dan platform digital lainnya. Tapi awak The Wellington sepertinya ikuti pepatah lama, yakni belum jadi anak band kalau tak punya album fisik.

Sang vokalis, Riftyza Gestandi alias Tyza, mengungkap kenapa baru melahirkan Playmaker setelah belasan tahun bermusik.

"Karena kesibukan masing-masing personel," katanya kepada Suara.com (jaringan MataMata.com).

The Wellington [dok. Pribadi]

Secara pribadi, Tyza memaknai Playmaker sebagai rangkuman perjalanan persahabatan personel The Wellington dari dulu sampai sekarang.

Resmi dirilis pada 21 Januari lalu lewat bendera Guerrilla Records, Playmaker berisikan 9 lagu yang juga dicomot dari single mereka sejak awal dibentuk seperti Lost in Cairo. Sementara Unlover, White October, Floating Flower dan It's so Fine, baru diproduksi pada 2019.

Unlover yang jadi single andalan di Playmaker mengangkat tema unik sekaligus tabu. Singkatnya kata Tyza, lagu tersebut bercerita tentang hubungan cinta sejenis.

"Lagunya tentang hubungan cewek sama cewek yang harus menerima kenyataan kalau mereka nggak akan bisa hidup bersama. Karena salah satu dari mereka dipaksa untuk kawin sama cowok," ujarnya.

The Wellington dibentuk sejak 2002. Selain Tyza sebagai vokalis, band ini juga dihuni Hanzalah Usaidi (gitar 1), Muhammad Feizal Akbar (gitar 2), Rizki Ocktadinanta (drum), dan Rinaldi Aban (bass). (Yazir Farouk)

Load More