Yohanes Endra | MataMata.com
Sinopsis Pray Away. (IMDb)

Matamata.com - Film Pray Away adalah film debut Kristine Stolakis. Untuk film debutnya ini Stolakis memilih untuk menggarap sebuah film dokumenter. Stolakis bekerjasama dengan Ryan Murphy dan Jason Blum yang menjadi eksekutif produser dari Pray Away. Stolakis berani mengangkat isu sensitif dalam karya perdananya ini. Pray Away adalah film dokumenter yang mengisahkan tentang proses Terapi Konversi yang dijalani oleh komunitas LGBT.

Sebagai sebuah film dokumenter, maka penonton akan dapat menyaksikan wawancara yang dilakukan oleh para penyintas dan mantan pemimpin Terapi Konversi. Film ini pertama kali tayang pada 16 Juni 2021 di Tribeca Film Festival. Pray Away juga berhasil meraih nominasi sebagai Best Documentary Feature dalam festival tersebut. 

Sinopsis Pray Away. (IMDb)

Isu sensitif yang diangkat oleh Stolakis tentu saja menimbulkan pro-kontra. Terapi Konversi sendiri adalah sebuah terapi yang dilakukan untuk merubah orientasi seksual seseorang. Pada tahun 1970, Terapi Konversi menjadi hal yang cukup populer dilakukan dan diklaim mampu untuk mengembalikan penyintas LGBT ke 'jalan yang benar'. Namun semua terapi yang dilakukan nyatanya gagal dan tidak terbukti mampu membuat mereka yang menyukai sesama jenis menjadi menyukai lawan jenis.

Baca Juga:
5 Rekomendasi Film Anime Terbaik Wajib Ditonton, Ada Spirited Away

Pada tahun 1970-an terapi ini dilakukan dengan cara kejut listrik yang bisa membuat hilang ingatan. Terapi ini dimaksudkan untuk membuat para penyintas merasakan bahwa hubungan sesama jenis itu sebagai sebuah pengalaman yang tidak menyenangkan. Stolakis mencoba untuk membedah Terapi Konversi yang terjadi pada tahun1970 ini. Sebelum menonton film debut Kristine Stolakis ini, simak dulu sinopsisnya berikut ini.

Sinopsis Pray Away

Sinopsis Pray Away. (IMDb)

Pray Away menceritakan tentang kisah mantan pemimpin Terapi Konversi dan para penyintas dalam usaha mereka untuk 'menyembuhkan diri' dengan melalui berbagai rintangan. Seperti halnya film dokumenter lain, film Pray Away juga menyisipkan wawancara langsung dengan mantan pemimpin Terapi Konversi Gay yang berdiri pada tahun 1970.

Baca Juga:
5 Rekomendasi Drama Rowoon SF9, She Would Never Know Bikin Baper

Sebuah plot twist yang menarik muncul ketika para pemimpin yang awalnya begitu mengagungkan metode penyembuhan yang mereka ajarkan ini ternyata justru kehilangan kepercayaan atas terapi yang mereka lakukan. Para pemimpin Terapi Konversi mengajarkan dan membimbing para penyintas agar bisa lepas dari gaya hidup mereka. Selama bertahun-tahun para pemimpin Terapi Konversi yang juga merupakan pemuka agama ini menyebarkan ajaran yang mereka yakini benar kepada ribuan orang. Padahal mereka sendiri belum bisa lepas dan bersih 100 persen dari perasaan tertarik pada sesama jenis. Lantas bagaimanakah para penyintas dan mantan pemimpin Terapi Konversi ini pada akhirnya? Temukan jawabannya di Pray Away yang sudah tayang di Netflix pada 3 Agustus lalu.

Alasan Nonton

Sinopsis Pray Away. (IMDb)

Film Pray Away mungkin memang sebuah film dengan isu sensitif bagi beberapa kalangan. Namun di sisi lain film ini juga syarat dengan pengetahuan terutama Terapi Konversi. Film ini mengajarkan bahwa orang yang mengaku paling benar belum tentu seratus persen melakukan apa yang ia ucapkan. Pray Away meraih rating yang baik dari situs Rotten Tomatoes dengan Raihan 94 persen dengan rata-rata rating 8.40 dari total 10 poin. Sedangkan dari Metacritic, Pray Away meraih 81 poin dari 100 poin. Lebih menariknya lagi, para penonton film Pray Away akan dapat menyaksikan dan mengetahui siapa di balik Exodus Internasional yang merupakan organisasi Terapi Konversi Kristen terbesar. 

Baca Juga:
6 Rekomendasi Drama Wi Ha Joon, Pemain Bisbol Ganteng di 18 Again

Itu tadi sinopsis Pray Away, sebuah film dokumenter tentang Terapi Konversi yang dilakukan oleh para penyintas LGBT. Film ini menguak fakta dari sisi mantan pemimpin Terapi Konversi yang kehilangan kepercayaan atas terapi yang mereka lakukan. Bagaimana menurutmu? Tertarik untuk menonton? 

Kontributor: Safitri Yulikhah
Load More