Matamata.com - Beberapa waktu lalu, Enzo Zenz Allie menjadi sorotan usai dirinya mendaftar sebagai taruna Akmil TNI. Pasalnya, Akmil TNI terbilang jarang memiliki anggota seorang blasteran Prancis.
Karena silsilah keluarganya, Enzo menuai perhatian setelah diminta mengenalkan diri dengan bahasa Prancis oleh Panglima TNI yang saat itu dipegang Marsekal Hadi Tjahjanto.
Kini, setelah lama tidak terdengar, nama Enzo Zenz Allie kini kembali menjadi perbincangan hangat publik.
Baru-baru ini, Enzo dikabarkan telah menempuh pendidikan di Akmil TNI dan menjabat sebagai Kopral Taruna.
Selain itu, Enzo juga diketahui akan segera mendapat promosi, yakni akan menjabat sebagai Komandan.
Kabar dan aktivitas terbaru Enzo di Akmil TNI ini dibagikan lewat kanal YouTube D'Loreng.
"Calon komandan," tulis YouTube D'Loreng.
Berita Terkait
-
TNI AU Terbangkan Dua Hercules Bawa Hampir 19 Ton Bantuan ke Sumatera
-
TNI AD Terjunkan Dua Helikopter untuk Percepat Penanganan Bencana di Sumatera
-
Wamen ATR Minta TNI AD Percepat Sertifikasi Tanah untuk Lindungi Aset Negara
-
Istri Mantan Panglima TNI Wiranto Wafat di Bandung
-
Prabowo: Pesawat A400M TNI AU Siap Dukung Misi Kemanusiaan ke Gaza
Terpopuler
-
Bisnis Kuliner Dibakar di TMP Kalibata, A. Hadiansyah Lubis Desak Pihak Terkait Usut Tuntas
-
Tim Gabungan Tangkap Tiga Terduga Pemburu Rusa di Pulau Komodo
-
Prabowo Jenguk Korban Kecelakaan Mobil Pengantar MBG di RSUD Koja
-
Atalia Praratya Dijadwalkan Hadiri Sidang Perdana Gugatan Cerai di PA Bandung
-
Polri Bidik Korporasi Pembalakan Liar Penyebab Banjir Sumut dengan Jerat Pidana Lingkungan dan TPPU
Terkini
-
100,000 Lebih Penonton Sudah Hadapi Bunda Corla di Bioskop, Film 'Mertua Ngeri Kali' Disambut Hangat Penonton
-
Akhirnya Bertemu Bunda Corla di Layar Lebar Lewat Film 'Mertua Ngeri Kali', Tayang Mulai Hari Ini
-
Dari Instagram ke Layar Lebar: Kisah Bunda Corla, Si Ratu Jreng yang Kini Jadi 'Mertua Ngeri Kali'
-
Film Dokumenter Gestures of Care Tayang di JAFF 2025, Tingkatkan Kesadaran tentang Kebakaran Hutan di Kalimantan
-
Review Film Kuyank: Saatnya Horor Berbicara soal Realita Kultural, Bukan Hiperbola