Baktora | MataMata.com
Lukas Enembe. [Suara.com]

Matamata.com - Mantan Gubernur Papua, Lomato Enembe atau dikenal sebagai Lukas Enembe menyelesaikan perjalanan hidupnya pada Selasa (26/12/2023) lalu di RSPAD Gatot Soebroto. Lukas Enembe dinyatakan meninggal dunia dengan sakit yang ia derita sejak ditetapkan sebagai terpidana kasus suap dan gratifikasi oleh KPK.

Lukas Enembe bahkan dijerat terkait Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dalam sejumlah proyek infrastruktur yang ia jalankan. Ia divonis dengan hukuman 10 tahun penjara dengan denda Rp1 miliar subsider 4 bulan kurungan.

Belum usai masa penahanannya, Lukas meninggal dunia dalam membayar hukuman yang harus ia pertanggungjawabkan.

Baca Juga:
Keluarga Tunda Pemakaman Mantan Gubernur Papua Lukas Enembe, Ini Masalahnya

Namun pemakaman mantan Gubernur Papua ini justru terjadi kericuhan oleh massa dan simpatisan Lukas dengan petugas kepolisian pada 28 Desember 2023. Hal ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana kuasa Lukas di Papua hingga mendapat dukungan besar dari massa hingga akhir hayatnya?.

Kembali beberapa bulan lalu sebelum Lukas Enembe diseret ke Jakarta dari Papua pada 10 Januari 2023, pemberitaan soal penolakan massa pendukung Lukas untuk dibawa ke Jakarta sangat masif. Bahkan seorang simpatisan tewas tertembak saat kericuhan di Bandara Sentani sesaat Lukas diterbangkan ke Jakarta.

Penolakan dari simpatisan Lukas sudah tersiar sejak September 2022 ketika KPK menetapkan Lukas sebagai tersangka kasus suap dan gratifikasi pembangunan infrastruktur di Papua.

Baca Juga:
Profil Lilly Indiani Suparman Wenda Pembawa Baki Paskibraka Nasional 2023, Berasal dari Papua Pegunungan

Para pendukung Lukas sendiri mengklaim bahwa orang nomor satu tersebut justru dikriminalisasi. Tidak terima, masa pendukung Lukas turun ke jalan menolak penangkapannya.

Sebagai putra asli Papua, Lukas Enembe memang memiliki pengaruh. Karier politiknya memang cukup melejit.

Melansir Antara, Sabtu (30/12/2023), Lukas berangkat dari ASN pada 1997 di Kabupaten Merauke. Ia pun melanjutkan pendidikannya hingga ke Australia. Ia menyelesaikan pendidikan di The Christian Leadership & Second Linguistic in Cornerstone College, Australia pada tahun 2001.

Baca Juga:
Tahu-Tahu Donasi buat Anak di Papua, Aksi Nikita Mirzani Banjir Pujian

Lukas Enembe mulai bergeliat di politik pada tahun 2000-an. Bahkan Lukas saat itu menjadi penasehat sejumlah partai politik di Pegunungan Tengah, Papua. Bahkan di tahun 2001 ia menjadi Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Demokrat Papua.

Kelihaian politik ini yang mempersuasi banyak partai politik yang mendukung Lukas. Bahkan ia sempat menjabat sebagai Wakil Bupati Puncak Jaya pada 2001-2006.

Berbicara pendukung hingga simpatisan, bisa jadi muncul sejak karier politiknya bermula di Puncak Jaya. Bahkan pada 2007, Lukas berhasil menduduki kursi Bupati dari 2007-2012.

Tak banyak kisah bagaimana Lukas Enembe mempertahankan massa selama ia menjabat sebagai Bupati Puncak Jaya. Meski begitu, dukungan penuh para simpatisannya mengantarkan Lukas terpilih sebagai Gubernur Papua dua periode sekaligus pada 2013-2018 dan 2018-2023.

Tentu pertanyaan besar muncul, bagaimana Lukas mendapat dukungan penuh hingga dua periode, jika tidak menjalin erat komunikasi dengan kelompok-kelompok massa yang mendukung dia.

Terlepas dari komunikasi Lukas dengan kelompok simpatisannya itu, Lukas Enembe bahkan tetap mendapat dukungan penuh ketika dinyatakan meninggal dunia.

Gesekan para massa dan simpatisan Lukas tak jauh-jauh dari aparat. Artinya ada kekecewaan dari massa setelah penetapan Lukas sebagai tersangka. Klaim massa bahwa Lukas dikriminalisasi sejauh ini juga tidak ada bukti konkret.

KPK pun menetapkan Lukas sebagai tersangka hingga divonis 10 tahun penjara tentu memiliki data dan bukti valid.

Kasus yang menjerat almarhum Lukas saat ini pun sudah dihentikan KPK. Selanjutnya, Negara bisa meminta ganti rugi dengan melayangkan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri.

Akhir perjalanan hidup Lukas Enembe tak mengharu biru. Meski begitu, pengaruh Lukas sebagai sosok politikus memang bisa menjadi pertimbangan di tanah Papua. Komunikasi politiknya bisa jadi jalan mulus ia menempati posisi tertinggi di Bumi Cendrawasih hingga mengikat para simpatisannya hingga tiada.

Load More