Riki Chandra | MataMata.com
Hasil survei Survei Indonesia Elections and Strategic (indEX) Research. [Dok.Antara]

Matamata.com - Survei Indonesia Elections and Strategic (indEX) Research merilis elektabilitas Partai Gerindra mencapai 17,7 persen. Angka tersebut berpotensi mengalahkan PDIP yang menjadi pemenang dua kali Pemilu berturut-turut.

Survei Index Research dilakukan pada 3-9 Januari 2024 terhadap 1200 orang mewakili semua provinsi. Responden dipilih secara acak bertingkat (multistage random sampling) dan diwawancara tatap muka. Margin of error survei sebesar sekitar 2,9 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Hasil survei IndEX, PDIP saat ini berada di posisi kedua dengan elektabilitas 15,0 persen, disusul oleh Golkar dengan elektabilitas 10,1 persen.

Baca Juga:
Aksi Spontan Issa Anak Nikita Willy saat Diminta Cuci Tangan Bikin Ngakak: Definisi Kaya Tidak Harus Cool

Pergerakan elektabilitas di partai politik papan tengah juga menarik untuk diamati. Dimana, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) diprediksi akan menjadi pendatang baru di Senayan dengan meraih elektabilitas hingga 6,8 persen.

“Kemenangan Gerindra sekaligus menggagalkan upaya PDIP mencetak hattrick, dan mitra koalisinya sesama pengusung Prabowo-Gibran yaitu PSI juga bakal menguasai kursi Senayan,” kata Direktur Eksekutif indEX Research, Vivin Sri Wahyuni, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (17/1/2024).

Vivin menilai, turunnya elektabilitas PDIP tidak lepas dari perpecahan di lingkaran elite partai berlambang kepala banteng tersebut.

Baca Juga:
Syahnaz Sadiqah Juga Datang ke Party Bareng Nagita Slavina, Outfitnya Croptop Seksi

“Perseteruan Jokowi dan Megawati merontokkan kekuatan PDIP yang sebelumnya mendominasi perpolitikan selama dua periode,” ujarnya.

Akhir 2022, elektabilitas PDIP bertahan cukup tinggi. Bahkan, menembus kisaran 22 persen pada saat gejolak pandemi Covid-19.

“Elektabilitas PDIP mulai anjlok setelah penentangan soal timnas Israel pada Piala Dunia U20 oleh Ganjar Pranowo dan elite partai lainnya,” lanjut Vivin.

Baca Juga:
Nagita Slavina Semringah Dipeluk Cowok saat Party, Posisi Tangan Menempel ke Dada Disorot

Pada saat bersamaan, elektabilitas Gerindra mulai menanjak dan terus melaju hingga menyalip PDIP. Dukungan yang semula diberikan Jokowi kepada Ganjar beralih kepada Prabowo Subianto dan berbuah pada coattail effect yang dirasakan Gerindra.

Sebelumnya Gerindra selalu menempati posisi runner up dengan elektabilitas berkisar 12-14 persen. Perolehan suara Gerindra pada Pemilu 2019 lalu berada pada peringkat kedua, naik dari Pemilu 2014 yang masih di tiga besar.

Coattail effect juga dirasakan PSI, di mana faktor Jokowi turut menentukan dalam gelaran elektoral kali ini.

Baca Juga:
Tak Setuju Pilpres cukup Satu Putaran, Tim Pemenang Ganjar-Mahfud Kritik Paslon Nomor Urut 2

“Asosiasi kuat PSI dengan Jokowi, ditambah kemunculan Kaesang dan dukungan PSI terhadap Prabowo-Gibran, membuat elektabilitas ikut terkerek,” jelas Vivin.

Partai lain yang turut menikmati kenaikan elektabilitas adalah Golkar, naik sejak November 2023 lalu dan kini mencapai 10,1 persen.

Demokrat sendiri bersaing ketat dengan PKB, masing-masing dengan elektabilitas 7,3 dan 7,1 persen.

Demokrat yang keluar dari Koalisi Perubahan dan berbalik mengusung Prabowo-Gibran harus menyesuaikan diri dengan posisinya dulu sebagai oposisi.

Sebaliknya PKB yang merupakan bagian dari pemerintahan mendadak bicara soal perubahan setelah mengusung Anies-Muhaimin.

Anggota Koalisi Perubahan lainnya yaitu PKS elektabilitasnya berada di margin ambang batas, sebesar 4,4 persen, disusul PAN dengan 3,3 persen dan Nasdem dengan 2,5 persen.

Lainnya adalah PPP (1,7 persen), Perindo (1,5 persen), dan Gelora (1,3 persen). PPP dan Perindo mengusung Ganjar-Mahfud, sedangkan Gelora masuk ke dalam koalisi KIM. Sisanya adalah PBB (0,6 persen), Hanura (0,5 persen), dan Ummat (0,3 persen).

Terakhir ada Garuda (0,1 persen), sedangkan dua partai baru lainnya nihil dukungan, dan sisanya masih ada 19,8 persen menyatakan tidak tahu/tidak jawab.

Load More