Matamata.com - Akademisi Universitas Latansa Mashiro (Unilam) Rangkasbitung, Mochamad Husen, menilai sosok KH Mochamad Yusuf pantas diusulkan sebagai Pahlawan Nasional. Ulama asal Cikulur, Kabupaten Lebak, yang lahir pada 1920 dan wafat pada 2008 ini dinilai memiliki kontribusi besar dalam bidang pendidikan dan perjuangan kemerdekaan.
“Dedikasi beliau dalam mencerdaskan anak-anak bangsa sangat tinggi melalui lembaga pendidikan Wasilatul Falah (Wasfal). Karena itu, beliau layak mendapat penghargaan dari pemerintah sebagai Pahlawan Nasional,” ujar Husen, Rabu (18/6), di Kampus Unilam.
KH Mochamad Yusuf dikenal sebagai pendiri Wasfal pada 1965—sebuah lembaga pendidikan Islam terpadu yang mencakup Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah, Tsanawiyah, Aliyah, hingga Perguruan Tinggi. Pendidikan tersebut memadukan nilai-nilai keislaman dan sistem modern sebagai upaya mencetak generasi unggul untuk kemajuan bangsa.
Putra KH Mukri dan Hj Siti Saodah ini juga tercatat aktif dalam perlawanan terhadap penjajahan Belanda di beberapa wilayah Banten sebelum kemerdekaan. Sejak kecil, ia menimba ilmu dari pesantren di Banten dan Jawa Barat, serta dikenal sebagai pendakwah yang berpengaruh di tanah kelahirannya.
Saat ini, ribuan alumni Wasfal tersebar di berbagai daerah dan banyak di antaranya berkiprah sebagai kepala daerah, anggota legislatif, ASN, akademisi, jurnalis, pengusaha, hingga tokoh agama. Beberapa bahkan mendirikan lembaga pendidikan baru di daerahnya masing-masing.
“Perjuangan KH Mochamad Yusuf sangat luar biasa, mulai dari melawan penjajahan hingga membangun sistem pendidikan yang bermanfaat luas,” ujar Husen.
Menurutnya, langkah awal untuk mengusulkan gelar Pahlawan Nasional dapat dilakukan melalui inisiatif pemerintah daerah, akademisi, hingga tokoh masyarakat melalui forum diskusi dan seminar. Dukungan dokumentasi visual seperti foto juga menjadi syarat penting dalam proses pengajuan tersebut.
Sebagai catatan, semasa hidupnya, KH Mochamad Yusuf beberapa kali diundang oleh Presiden Soeharto ke Istana Negara sebagai bentuk penghargaan atas jasa-jasanya bagi bangsa dan negara. (Antara)
Berita Terkait
-
Titiek Soeharto: Pro-Kontra Gelar Pahlawan untuk Soeharto Hal Wajar di Negara Demokrasi
-
Mentan Amran: Pejuang Pertanian Adalah Pahlawan Masa Kini Penjaga Kedaulatan Pangan
-
Fadli Zon: Sepuluh Tokoh Ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional 2025 Berdasarkan Usulan Masyarakat
-
Kakak Marsinah Titip Pesan ke Presiden Prabowo: Hapus Sistem Outsourcing
-
Seskab Ajak Masyarakat Lanjutkan Perjuangan Pahlawan dengan Membangun Negeri
Terpopuler
-
Erick Thohir: Atlet SEA Games Harus Tunjukkan Kedigdayaan Indonesia
-
Satgas Telusuri Dugaan Kerusakan Hutan Penyebab Banjir dan Longsor di Sumatera
-
ESDM Identifikasi 23 Izin Tambang di Tiga Provinsi Terdampak Banjir dan Longsor
-
Menkeu Siapkan Dana Tambahan, Tunggu BNPB Ajukan Anggaran Penanganan Banjir Sumatera
-
Siswa MTs di Banyuwangi Raih Medali Perak di Olimpiade Sains Junior Internasional Rusia
Terkini
-
Erick Thohir: Atlet SEA Games Harus Tunjukkan Kedigdayaan Indonesia
-
Satgas Telusuri Dugaan Kerusakan Hutan Penyebab Banjir dan Longsor di Sumatera
-
ESDM Identifikasi 23 Izin Tambang di Tiga Provinsi Terdampak Banjir dan Longsor
-
Menkeu Siapkan Dana Tambahan, Tunggu BNPB Ajukan Anggaran Penanganan Banjir Sumatera
-
Siswa MTs di Banyuwangi Raih Medali Perak di Olimpiade Sains Junior Internasional Rusia