Ilustrasi/Ema Rohimah

Matamata.com - Cerita sebuah film dapat bersumber dari mana saja, ada yang diadaptasi dari novel, kisah nyata, cerita sejarah maupun fiksi.

Saat ini, banyak sekali film-film yang diangkat dari sebuah novel. Namun kebanyakan para sutradara film lebih tertarik untuk membuat film dari novel-novel best seller yang telah merebut hati para pembacanya.

Sebut saja film Ayat Ayat Cinta (2008) yang mengadopsi cerita novel best seller dengan judul yang sama karya Habiburrahman El Shirazy. Terbaru, ada film Dilan 1991 (2019) yang merupakan skuel film Dilan 1990 (2018). Dua film yang membuat netizen bernostalgia dengan novel best seller dengan judul yang sama karya Pidi Baiq.

Baca Juga:
Wow, Crazy Rich Surabayan Akan Difilmkan

Tren novel diangkat menjadi film layar lebar memang bukanlah hal yang baru. Akan tetapi, hal ini juga menjadi apresiasi khusus untuk penulis ketika novel yang diangkat menjadi film tersebut sukses ditonton oleh semua orang apalagi hingga mancanegara.

Visualisasi novel sendiri bukanlah hal yang mudah. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para sutradara untuk menggambarkan cerita novel benar-benar nyata. Maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti lokasi syuting, adegan film maupun pemilihan aktris dan aktor.

Nah, Matamata.com akan mengulas dua novel yang diangkat ke layar lebar, satu dari dalam negeri dan satunya luar negeri. Apa saja?

Baca Juga:
Mengintip 10 Lokasi Syuting Syuting Film Crazy Rich Asians

Teman Tapi Menikah

Salah satu contoh novel dalam negeri yang diangkat menjadi sebuah film adalah novel karya Ayudia Bing Slamet dan Ditto yang berjudul Teman Tapi Menikah. Novel tersebut merupakan kisah percintaan remaja berdasarkan dari kisah nyata Ayudia dan Ditto.

Teman Tapi Menikah (Instagram/@falconpictures_)

Sinopsis

Baca Juga:
Crazy Rich Asians: Kisah Cinderella yang Dikemas Sangat Asia

Film Teman Tapi Menikah di sutradarai oleh peraih piala citra, Rako Prijanto. Karakter utama dalam film ini adalah Ayudia Bing Slamet yang diperankan oleh Vanesha Prescilla dan Ditto yang diperankan oleh Adipati Dolken.

Kisah ini bermula ketika Ditto kecil selalu mengagumi Ayu dari layar kaca yang merupakan seorang artis sinetron. Namun tak disangka, Ayu dan Ditto ternyata masuk di sekolah SMP yang sama, bahkan Ayu duduk sebangku dengan Ditto. Sejak saat itulah persahabatan mereka dimulai. Mereka pun seolah tak terpisahkan, Ayu dan Ditto juga melanjutkan di sekolah yang sama saat SMA.

Saling meledek pasangan masing-masing, pacaran dengan kakak kelas ataupun memiliki idola yang dikagumi adalah gambaran cerita masa sekolah mereka. Kebersamaan ini lah yang membuat keduanya saling tergantung satu sama lain. Namun, Ayu dan Ditto terpaksa terpisah tatkala keduanya memutuskan melanjutkan perguruan tinggi yang berbeda. Ayu lebih memilih kuliah di Jakarta dan Ditto lebih memilih kuliah di Bandung.

Di saat sedang menjalani long distance relationship inilah kedua sahabat ini sadar ada benih-benih cinta yang tumbuh di antara keduanya. Hingga suatu hari, Ayu bilang kepada Ditto bahwa ia akan melepas masa lajangnya. Ditto yang sejak awal gengsi untuk mengakui perasaan cintanya pada Ayu pun akhirnya jujur dan mengutarakan isi hatinya. Tak disangka, cinta Ditto pun disambut baik oleh Ayu sampai akhirnya mereka memutuskan menikah.

Adipati Dolken dan Vanesha Prescilla. (Suara.com/Wahyu Tri Laksono)

Review film

Kisah teman dekat menjadi kekasih sebenarnya sudah seringkali diangkat ke layar lebar, namun perbedaan Teman Tapi Menikah dengan film lainnya adalah dalam segi treatment. Dari judul sebenarnya memang sudah tertebak bahwa Ditto pada akhirnya akan menikah.

Tantanganya adalah bagaimana mengisahkan perjalanan panjang keduanya hingga berlabuh pada keputusan untuk menikah. Selain itu, tidak adanya peran antagonis dalam film membuat film ini berjalan terlalu mulus. Konfliknya pun hanya terjadi dalam diri tokoh masing-masing.

Di dalam film ini, penonton dimanjakan dengan suguhan gambar-gambar yang memanjakan mata, warna tersebut berhasil membuat adegan-adegan romantis maupun persahabatan antara Ditto dan Ayu semakin hangat.

Pemilihan karakter utama

Pemilihan yang tepat ketika sang sutradara berhasil meminta Vanesha Prescilla untuk bermain film Teman Tapi Menikah setelah ia sukses dengan film sebelumnya Dilan 1990. Vanesha sendiri mampu bereskpresi dengan baik sebagai seorang remaja cewek yang memendam perasaan. Sedangkan Adipati Dolken juga mampu memerankan gaya Ditto dengan sangat baik. Gestur tubuh dan ekspresi mata serta dialog-dialog yang disampaikan terasa pas di film ini.

Namun, masih ada yang kurang dalam sosok Ayu yang diperankan oleh Vanesha. Seperti saat memerankan gaya tengil dan tomboy-nya terasa kurang natural dan masih terlihat kaku. Apalagi saat adegan menangis justru terlihat seperti dibuat-buat. Di sisi lain, ada nilai plus yang layak diberikan untuk Vanesha. Ia terlihat cukup mampu lepas dari bayang-bayang Milea dalam film Dilan 1990 dan menunjukan perkembangan positif.

"Kalau pendapatku yang bikin film menarik itu pemainnya ya kayak Vanesha itu kan kita masih belum terlalu tahu kemampuan aktingnya selain Dilan 1990 tapi ternyata di Film Teman Tapi Menikah juga bagus. Lah kalau Adipati kan emang udah teruji di beberapa film yang dia bintangi," Kata Amelia salah satu penton film Teman Tapi Menikah yang ditemui Matamata.com.

Kehadiran pemeran pendukung

Sepanjang film hanya berfokus kepada peran utama, sehingga pemeran lain dirasa hanya seperti bumbu tambahan dan tidak dapat memberikan perluasan cerita. Konflik utama film terasa kurang greget sehinggga kurang dapat membuat perasaan penonton tergugah atau teraduk-aduk. Padahal pendukung film ini adalah artis-artis muda yang potensial seperti Beby Tsabina, Refalhady, Deny Wiraguna dan Rendy Jhon.

Pemilihan lokasi syuting

Latar tempat yang dipilih pun bagus sesuai dengan setting waktu perjalanan Ayu dan Ditto yang dimulai sekitar pada awal 2000-an. Latar tempatnya juga unik dan Instagrambale seperti kafe yang digunakan maupun rumah asli Ayudia Bing Slamet.

Alur cerita

Teman Tapi Menikah terasa dibuat terburu-terburu hal ini dapat dilihat dari perpindahan adegan ke adegan lainya begitu cepat berlalu. Sebagai contoh ketika Ditto baru saja memiliki Vespa tak berselang lama ia mampu membeli mobil begitu mudahnya memamerkan keberhasilan-keberhasilan Ditto. Proses ketika menikah pun dirasa terlalu cepat tanpa memperlihatkan persiapan-persiapan yang panjang. Hal-hal kecil inilah yang terkadang membuat film bagus ini terasa ada yang kurang.

Ayudia Bing Slamet dan Ditto Percussion. (Instagram)

Adaptasi dari novel ke film

Jika dibandingkan dengan novel aslinya, film Teman Tapi Menikah lebih banyak meng-eksplore dari sudut pandang Ditto, sehingga porsinya terasa lebih ketimbang Vanesha. Film ini juga tidak menampilkan hal baru dari versi novel kecuali informasi kalau Ditto sudah lama memperhatikan Ayu jauh sebelum ketemu.

Selebihnya Rako Prijanto cukup mempresentasikan apa yang diceritakan dalam novel. Hal lain yang dianggap kurang adalah kerempongan persiapan pernikahan dan printilan drama yang terjadi setelah Ayu dan Ditto Menikah. Secara keseluruhan bisa dibilang film ini cukup sukses diangkat ke layar lebar seperti dengan novel best seller-nya. Terbukti, film ini masuk 10 besar Box Office Movie 2018.

"Sama-sama bagus sih cuma filmnya kurang detail aja tapi ya wajar sih kan ada durasi waktu juga kalau film nggak kayak novel, cuma overall buat aku yang pernah baca 2 seri novel Ayudia ya nggak kecewa sih," kata Ara salah satu penonton dan Pembaca film Teman Tapi Menikah yang ditemui Matamata.com.

"Adipati Dolken mirip banget sama Ditto apalagi pas main perkusi lebih keren dari Ditto aslinya malah," jelas Ike salah satu penonton dan Pembaca film Teman Tapi Menikah yang ditemui Matamata.com.

 

Percy Jackson & The Lightning Thief

Film luar negeri yang diangkat dari novel best seller adalah film Percy Jackson & The Lightning Thief. Film fantasi ini disutradarai oleh Chris Columbus. Film ini ini diadaptasi dari buku pertama dari novel Percy Jackson & The Olympians: The Lightning Thief karangan Rick Riordan.

Novel ini merupakan sebuah adaptasi bebas dari kisah-kisah mitologi Yunani yang menceritakan petualangan Percy Jackson yang menemukan dirinya sebagai seorang demigod (manusia setengah dewa) hasil hubungan dewa lautan dan gempa bumi, Poseidon dengan Sally Jackson, seorang wanita bumi.

Film ini dibintangi oleh Logan Lerman, Brandon T. Jackson, Alexandra Daddario, Jake Abel, Rosario Dawson, Steve Coogan, Uma Thurman, Chaterine Keener, Kevin McKidd, Sean Bean dan Pierce Brosnan. Film ini telah dirilis pada 12 Febuari 2010.

Percy Jackson & The Lightning Thief (Instagram/@percyjacksonmovies)

Sinopsis

Cerita ini mengisahkan tentang Percy Jackson (Logan Lerman), seorang anak laki-laki berusia 12 tahun yang tinggal di New York dan mengidap disleksia (disleksia adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis).

Semenjak kecil, Percy tidak mengenal siapa ayahnya. Ia hanya tinggal dengan ibunya Sally Jackson (Catherine Keener) yang sekarang sedang berhubungan dekat dengan seorang pria bernama, Gabe Ugliano (Joe Pantoliano) yang sangat dibenci Percy.

Cerita dimulai ketika petir milik Dewa Zeus dicuri, dan dia menuduh anak Dewa Poseidon yakni Percy Jackson sebagai pencurinya. Saat Percy mengikuti kunjungan museum, Percy diserang oleh Ms. Dodds guru bahasanya sendiri yang menginginkan pertir milik Dewa Zeus. Namun saat itu, Percy masih belum mengerti apa yang terjadi. Hingga akhirnya teman dekatnya, Groovner dan gurunya Mr. Brunner memberi tahu Percy siapa dia sebenarnya.

Grover pun menjelaskan jika Ms. Dodds adalah jelmaan fury atau iblis jahat. Sedangkan guru sejarahnya Mr. Brunner adalah centaurus dan Grover adalah satyr yang sudah sejak lama ditugaskan untuk menjaga Percy oleh ayahnya, Dewa Poseidon. Sejak dituduh mencuri petir, keselamatan keluarga Percy pun terancam bahkan ibunya telah tertangkap dan diancam akan dibunuh oleh minotour.

Untuk menyelamatkan ibunya, ia memutuskan untuk pergi ke camp half-blood bersama Groover untuk melawan minotour yang telah membawa ibunya. Gurunya Mr Brunner menyarankan agar Percy pergi ke Gunung Olympus untuk meyakinkan Zeus bahwa ia sebenarnya tidak tahu apa-apa. Sebelum itu, Percy pun dilatih untuk menggunakan kesaktiannya sebagai anak dewa di camp half-blood.

Selama di camp, Percy juga bertemu dengan demigod (manusia setengah dewa) lainya yaitu Luke anak dari Dewa Hermes dan Annabeth Chase anak dari Dewi Athena. Selesai memenangkan pertandingan di camp tersebut, Percy diberitahu bahwa ibunya berada di underworld. Ibunya akan kembali jika Percy menyerahkan petir milik Zeus. Saat itu juga, Percy pergi ke underworld bersama sahabatnya Groover, Anabeth dan Luke.

Percy Jackson & The Lightning Thief (Instagram/@percyjacksonmovies)

Di tengah perjalanan menuju underworld, Percy harus membunuh Medusa, seorang jelmaan ratu ular yang memiliki tatapan mata yang mematikan. Berkat kekompakan Percy dan sahabatnya mereka pun berhasil membunuh Medusa dengan memenggal kepalanya.

Di underwold, mereka bertemu Hades dan Persephone. Percy mengatakan kepada Hades bahwa ia tak mencuri petir seperti yang dituduhkan, hingga akhirnya Hades mengetahui jika petir tersebut justru disembunyikan oleh sahabat Percy, Luke. Percy, Annabeth dan Sally Jackson akhirnya diteleportasi ke Empire State Building tapi mereka diserang oleh Luke yang ingin menghancurkan Gunung Olympus.

Percy akhirnya mampu mengalahkan Luke dan mengembalikan petir milik Dewa Zeus yang kemudian memaafkan Percy. Di akhir cerita, Percy dan Annabeth saling jatuh cinta, namun keduanya memilih fokus untuk berlatih perang dengan giat di camp half-blood.

Review film

Salah satu hal yang paling banyak diingat negara Yunani adalah kisah mitologinya. Dunia perfilman pun sudah berkali-kali mengangkat mitologi tersebut ke layar lebar. Salah satunya dalam kisah Percy Jackson & The Lightning Thief. 

Walaupun premis cerita ini cukup menarik namun banyak kejanggalan yang cukup banyak ketika direalisasikan dalam bentuk film. Jujur saja ada dua pertanyaan yang masih menjadi teka teka di benak saya ketika melihat film ini sampai akhir film.

Pertama, mengapa Dewa Zeus menuduh Percy Jackson mencuri petirnya dan bagaimana cara si pencuri petir Luke mencuri milik Dewa Zeus. Kedua, sementara jika kita lihat dalam film dewa-dewa yang muncul disini terutama tiga bersudara Zeus, Poseidon (Kevin McKidd) dan Hades (Steve Coogan) digambarkan sebagai sosok yang sangat powerful lalu untuk tujuan apa saudara lainnya tersebut dituduh mencuri petir saudaranya sendiri.

Maka dari itu banyak orang beranggapan jika sang sutradara kurang meng-eksplore bagian introduction sebelum Percy dituduh sebagai pencuri petir Dewa Zeus. Sehingga pada awal scene penonton pun pasti akan dibuat bingung dan terasa kurang masuk akal ketika seorang anak manusia tiba-tiba mengalami kejadian aneh dan janggal.

"Filmnya so far standar sih ya tapi kalau dibandingin film fantasi lain kayak masih kurang seru dan aneh aja kan. Selain itu kayak kurang dijelasin silsilah dewa-dewa itu dan kita nggak tahu kekuatan dewa-dewa itu apa," ungkap Keli Rizkiantomo sebagai penonton Percy Jackson & The Lightning Thief ketika ditemui Matamata.com dikediamannya.

"Menurutku sih film ini animasi effectnya masih kurang jadi meskipun menggambarkan kisah dewa-dewa tapi kita kayak kurang masuk di dunia-dunia dewa itu seperti apa," jelas Syafiah sebagai salah satu penonton Percy Jackson & The Lightning Thief ketika ditemui Matamata.com.

Harry Potter versi Amerika Serikat

Tiga pemeran utama film ini diperankan oleh tiga orang aktor dan aktris yang belum memiliki jam terbang yang tinggi dalam dunia peran saat itu. Namun, untungnya mereka tidak menampilkan akting yang buruk walaupun beberapa penonton mengeluhkan kurangnya chemistry antara trio ini.

Beruntungnya, penampilan mereka juga didukung oleh para jajaran pemeran pendukung dari aktor dan artis senior Hollywood. Para pemeran pendukung ini justru berhasil membawa napas kehidupan yang membuat film ini menjadi lebih dapat dinikmati. Pujian khusus saya berikan pada Uma Thurman yang tampil sangat pas memerankan tokoh Medusa.

Penampilan Logan Lerman yang berperan sebagai Percy pun dirasa kurang impresif sebagai anak seorang dewa, lebih-lebih dia memerankan tokoh utama dalam cerita. Alexandra Daddario yang berperan sebagai Annabeth juga terkesan kurang garang untuk memerankan tokoh gadis petarung.

Sebagai sutradara yang menggarap film ini, Chris Colombus nampaknya masih menggunakan formula yang sama dengan dua film Harry Potter yang pernah dibesutnya. Banyak hal yang membuat film ini sekilas mirip dengan Harry Potter. Sebagai contoh, adanya tiga tokoh utama, dua lelaki dan seorang perempuan yang mengingatkan kita pada Harry, Hermonie dan Ron. Benda-benda sakti yang digunakan para dewa seperti kasur terbang Dewa Hermes dalam film ini sekilas mirip golden snicth di film Harry Potter.

Dari segi teknis

Hal lain yang dirasa membuat penonton belum puas adalah dalam memberikan sisi-sisi teknis yang seharusnya ada film-film bergenre fantasi petualangan. Hal ini dapat dilihat dari special effect dan tata suara yang terkesan sangat pas-pasan. Padahal dari segi teknik itulah yang mungkin akan menjadikan film-film bergenre seperti ini dapat lebih dinikmati kualitasnya.

Terasa tanggung disana sini membuat Percy Jackson & The Lightning Thief terkesan sebagai sebuah versi tiruan dari serial Harry Potter. Film ini pun sepertinya harus puas dianggap sebagai ‘versi amerika serikat’ dari petualangan serial Harry Potter.

InstNovel Percy Jackson & The Olympians: The Lightning Thief. (Instagram/@percyjacksonmovies)

Adaptasi novel ke film

Bagi sebagian besar orang menganggap film ini masih kurang memuaskan jika dibandingkan dengan novel aslinya. Sebagian besar orang menyoroti setting tempat cerita yang digunakan untuk syuting dirasa kurang pas jika dibandingkan dengan penggambaran imajinasi dari novel tersebut.

Sebagai contoh, pemilihan Los Angeles sebagai pintu dunia dan Gunung Olympus yang ada di Empire State Building, Amerika serikat. Hal ini tentu mempengaruhi khalayan penonton akan gambaran novel di film itu terasa aneh dan kurang cocok.  

Jalan cerita yang diberikan pun seolah mirip dengan kisah petualangan serial novel Harry Potter yang lebih dahulu populer. Meskipun diadaptasi ke sebuah setting waktu dan lokasi yang sama-sama modern, film ini justru kurang menggambarkan kisah-kisah Dewa Yunani hidup di era modern. Selain itu, film ini juga kurang menawarkan sesuatu yang baru dari novel aslinya.

"Kalau dibandingin sama novel jauh banget yah terus ada yang dimunculin ada yang dihilangin karakternya jadi loncat-loncat gitu sih kesannya filmnya padahal novelnya bagus banget lho," kata Zulkifli salah satu penikmat novel film Percy Jackson & The Lightning Thief  ketika ditemui tim Matamata.com.

"Sebenarnya bisa dimaklumi sih kalau film bergenre fantasi yang diangkat dari novel jadi kurang kesannya karena imajinasi setiap orang itu kan beda-beda jadi ekspetasi ke film juga beda dong," kata Rizky salah satu pembaca dan penikmat film ini saat ditemui tim Matamata.com.

Well, secara keseluruhan memang dapat dikatakan jika film ini dirasa masih kurang seru dibandingkan novel aslinya. Namun, sebagai hiburan film ini cukup layak disaksikan. Secara visual pun, walaupun cukup standar untuk film semodel ini, cukup mengesankan. Kalau menurut kamu gimana?

Load More