Matamata.com - Bagi para produser, sutradara, maupun editor, menemukan musik yang pas untuk satu adegan kerap terasa seperti mencari jarum di tengah tumpukan jerami.
Memahami tantangan tersebut, Massive Music Entertainment kembali hadir di JAFF Market 2025 dengan membawa serangkaian solusi nyata bagi para pembuat cerita.
Setelah sebelumnya sukses dengan program “Music Supervisor”, tahun ini Massive Music mengarahkan fokusnya pada efisiensi yang didorong oleh teknologi dan data.
Melalui kampanye #CariLaguCariMassive, Massive Music menjawab kebutuhan industri akan proses kurasi dan perizinan musik yang lebih praktis.
Pengembangan teknologi pencarian lagu berbasis data yang tengah digarap diharapkan mampu memangkas waktu, sekaligus meningkatkan kualitas dan ketepatan dalam menentukan musik untuk rumah produksi maupun studio film.
“Selama ini, pencarian lagu sangat bergantung pada "muscle memory" atau ingatan subjektif produser, sutradara atau editor, yang dalam prosesnya sangat memakan waktu dan memiliki batasan-batasan. Saat ini Massive Music sedang mengembangkan sebuah produk teknologi berbasis data yang dirancang untuk membaca kebutuhan mood dan karakter sebuah film atau series dengan lebih presisi.” ungkap Ganjar Ariel Santosa, COO Massive Music Entertainment.
“Kami ingin menegaskan bahwa Massive Music adalah mitra strategis yang menawarkan solusi satu pintu. Di era digital ini, kombinasi katalog yang besar, teknologi dan data adalah kunci untuk memudahkan proses pencarian lagu menjadi lebih mudah, cepat dan akurat,” tambahnya.
Sebagai music publisher dengan pangsa pasar terbesar di Indonesia, langkah ini menegaskan posisi Massive Music untuk memperkuat ekosistem perfilman dengan menghadirkan one-stop solution bagi industri film Indonesia dan Asia Tenggara.
Tentang Massive Music Entertainment
Massive Music Entertainment didirikan pada tahun 2006 oleh para penulis lagu, dijalankan oleh para penulis lagu, untuk melayani para penulis lagu, Massive Music Entertainment adalah penerbit musik terkemuka dengan pangsa pasar nomor satu untuk katalog lokal di Indonesia.
Mengelola lebih dari 2000 penulis lagu, lebih dari 20.000 lagu dan jutaan lebih katalog lagu-lagu internasional.
Selama perjalanannya, Massive Music Entertainment sudah melisensikan lebih dari 4000 lagu dengan lebih dari 500 klien.
Massive Music Entertainment menawarkan layanan one stop music solution dalam bentuk music supervisor yang bertugas mulai dari kurasi dan rekomendasi lagu berdasarkan data, music production, sampai dengan membuat music cue sheet di banyak project.
Selain sebagai music publisher, Massive Music Entertainment juga memiliki tanggung jawab terhadap industri seperti menginkubasi bakat-bakat baru, memperluas jaringan, dan yang paling penting adalah membangun dan memperkuat ekosistem.
Berita Terkait
-
Film Dokumenter Gestures of Care Tayang di JAFF 2025, Tingkatkan Kesadaran tentang Kebakaran Hutan di Kalimantan
-
Review Film Kuyank: Saatnya Horor Berbicara soal Realita Kultural, Bukan Hiperbola
-
Becoming Human Raih Golden Hanoman di Penutup JAFF20: Festival Dua Dekade yang Tegaskan Posisinya di Sinema Asia
-
Swaradwipa: Suara yang Menolak Punah, Dokumenter Titi Radjo Padmaja Debut di JAFF 20
-
Ketika Cerita Bertemu Nada: Inovasi Massive Music yang Mengubah Proses Musikal Film
Terpopuler
-
Dari Jakarta Hingga Jayapura, Special Screening Film Timur Banjir Antusiasme Penonton
-
BGN Perketat SOP MBG, Distribusi Makanan Kini Hanya Sampai Depan Pagar Sekolah
-
Stok Pangan DIY Dipastikan Aman Jelang Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
-
Kasus Bupati Lampung Tengah, KPK Soroti Rekrutmen Parpol dan Mahalnya Biaya Politik
-
Presiden Prabowo Apresiasi Perjuangan Atlet SEA Games, Kirim Salam dan Siapkan Bonus Rp1 Miliar
Terkini
-
Akhirnya Bertemu Bunda Corla di Layar Lebar Lewat Film 'Mertua Ngeri Kali', Tayang Mulai Hari Ini
-
Dari Instagram ke Layar Lebar: Kisah Bunda Corla, Si Ratu Jreng yang Kini Jadi 'Mertua Ngeri Kali'
-
Film Dokumenter Gestures of Care Tayang di JAFF 2025, Tingkatkan Kesadaran tentang Kebakaran Hutan di Kalimantan
-
Review Film Kuyank: Saatnya Horor Berbicara soal Realita Kultural, Bukan Hiperbola
-
Becoming Human Raih Golden Hanoman di Penutup JAFF20: Festival Dua Dekade yang Tegaskan Posisinya di Sinema Asia