Riki Chandra | MataMata.com
Ilustrasi rokok. [Dok.Istimewa]

Pernyataan Nastiti terkait residu rokok yang tertinggal di ruangan, dikuatkan salah satunya melalui penelitian oleh Roswell Park Cancer Institute (RCPI) yang disiarkan Medical News Today tahun 2014.

Tim peneliti mempelajari sejauh mana rokok elektrik meninggalkan residu nikotin di permukaan dalam ruangan. Demi keperluan studi, mereka menguapkan isi tiga merek rokok elektrik yang berbeda ke dalam ruangan khusus. Selanjutnya, mereka memeriksa lantai, dinding, jendela, permukaan kayu dan logam di ruangan itu untuk mengetahui kadar nikotinnya.

Mereka menemukan, melalui tiga dari empat percobaan, ada peningkatan residu nikotin yang bervariasi namun signifikan, dengan lantai dan jendela ruangan yang menampung jumlah residu tertinggi.

Penelitian lainnya memperlihatkan nikotin dalam rokok elektronik maupun konvensional bereaksi dengan asam nitrat yang secara alami ada di udara dan membentuk karsinogen. Jika nikotin tetap berada di permukaan, maka zat ini akan terus bereaksi dengan asam nitrat dan menghasilkan karsinogen. Kondisi itu dapat merusak DNA manusia. Sementara studi pada tikus menunjukkan adanya kerusakan pada organ dan sel.

Di sisi lain, peneliti dari Massachusetts General Hospital di Boston tahun 2009 menyatakan residu dari asap rokok terakumulasi dan dapat bertahan selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Jika residu berupa bahan kimia beracun ini tidak dihilangkan, maka dapat masuk ke dalam tubuh salah satunya melalui penelanan. Nikotin dan bahan kimia lain dari asap rokok dapat masuk ke dalam tubuh jika seseorang menyentuh suatu permukaan dan mendekatkan tangan ke mulut.

Anak-anak juga dapat menelan zat-zat tersebut dengan memasukkan benda-benda yang terkontaminasi ke dalam mulutnya.

Selain itu, zat juga bisa masuk ke tubuh melalui penghirupan, misalnya saat membersihkan debu, menyapu, menggoyangkan bantal, dan menyalakan kipas angin atau AC.

Load More