Matamata.com - Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai peringatan Hari Santri Nasional ke-10 yang jatuh pada 22 Oktober menjadi kesempatan penting untuk merefleksikan kembali kontribusi besar santri dan pesantren dalam memperkuat arah pembangunan bangsa yang berlandaskan nilai keimanan, keilmuan, dan kemandirian.
Sekretaris Jenderal MUI, Amirsyah Tambunan, menegaskan bahwa Hari Santri tidak semestinya hanya diperingati secara seremonial, melainkan dijadikan momentum untuk meneguhkan semangat pengabdian yang telah diwariskan para kiai dan ulama.
“Pertama, saya selaku Sekretaris Jenderal MUI menyampaikan selamat Hari Santri ke-10. Semoga momentum ini menjadi refleksi atas pengabdian para pimpinan pondok pesantren, para kiai, dan ustaz yang telah berkontribusi besar bagi kemajuan bangsa,” ujar Amirsyah di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan, pesantren selama ini tidak hanya mencetak santri yang cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kecakapan spiritual dan sosial yang tinggi. Oleh karena itu, seluruh elemen bangsa—baik pemerintah, swasta, maupun tokoh masyarakat—perlu bersinergi memperkuat eksistensi sekitar 41 ribu pesantren di Indonesia agar tetap menjadi pusat pendidikan karakter dan pemberdayaan masyarakat.
“Kenapa penting? Ya setidaknya ada lima kecerdasan yang dimiliki para santri. Pertama kecerdasan intelektual, kedua spiritual, ketiga emosional, keempat sosial, dan kelima kecerdasan entrepreneurship,” jelasnya.
Dengan lima kecerdasan tersebut, lanjut Amirsyah, santri diharapkan mampu menjadi pelaku pembangunan yang mandiri, khususnya dalam menggerakkan ekonomi umat melalui pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berbasis pesantren.
Ia juga menekankan bahwa perjalanan sejarah bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dari peran penting pesantren dan kaum santri. Sejak masa perjuangan kemerdekaan hingga era pembangunan nasional, santri terus mengambil bagian dalam menjaga nilai moral, kebangsaan, dan keislaman.
“Dalam sejarah bangsa, santri telah melahirkan banyak pemimpin yang berkontribusi nyata di berbagai bidang, baik birokrasi, politik, maupun sosial. Berdirinya bangsa ini pun tidak lepas dari peran para pimpinan pesantren dan santri,” tuturnya.
Amirsyah menilai semangat pengabdian tanpa pamrih yang melekat pada diri santri harus terus dijaga agar selaras dengan arah pembangunan nasional yang berkeadilan dan berkelanjutan.
“Santri bukan hanya bagian dari masa lalu, tetapi juga penentu masa depan bangsa. Jadi momentum Hari Santri ini harus menjadi refleksi untuk memperkokoh arah pembangunan nasional yang berakar pada nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan,” pungkasnya. (Antara)
Berita Terkait
-
Fatwa MUI Soal Pajak Dinilai Berpotensi Ganggu Kemandirian Fiskal Daerah
-
Kemenkeu Siapkan Tabayyun dengan MUI soal Pajak: Samakan Persepsi, Redam Polemik
-
MUI Keluarkan Fatwa Pajak Berkeadilan, Respons Keresahan Warga soal Kenaikan PBB
-
Santri Didorong Hadir di Berbagai Bidang Tanpa Kehilangan Jati Diri
-
Menag Nasaruddin Umar: Santri dan Pesantren Harus Jadi Motor Transformasi Sosial Bangsa
Terpopuler
-
Mahasiswa Palangka Raya Nyalakan Seribu Lilin untuk Korban Banjir Sumatera
-
211 Titik Blank Spot di Sulsel Segera Teraliri Internet, Pemerintah Targetkan Aktivasi Akhir Tahun
-
Wapres Gibran Janji Percepatan Penanganan Bencana di Sumut
-
Sekjen Liga Muslim Dunia Sampaikan Belasungkawa dan Tawaran Dukungan untuk Korban Banjir Indonesia
-
Mangkir Dua Kali, Selebgram Lisa Mariana Dijemput Paksa Terkait Video Asusila
Terkini
-
Mahasiswa Palangka Raya Nyalakan Seribu Lilin untuk Korban Banjir Sumatera
-
211 Titik Blank Spot di Sulsel Segera Teraliri Internet, Pemerintah Targetkan Aktivasi Akhir Tahun
-
Wapres Gibran Janji Percepatan Penanganan Bencana di Sumut
-
Sekjen Liga Muslim Dunia Sampaikan Belasungkawa dan Tawaran Dukungan untuk Korban Banjir Indonesia
-
Mangkir Dua Kali, Selebgram Lisa Mariana Dijemput Paksa Terkait Video Asusila