Yohanes Endra | MataMata.com
Arie Kriting (instagram/arie_kriting)

Matamata.com - Arie Kriting ikut menyoroti tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang. Secara terbuka, ia mengunggah ulang cuitan warganet tentang bencana sepak bola terbesar di dunia.

"Bencana sepak bola terbesar di dunia itu terjadi di Lima, Peru tahun 1964 dan menewaskan 328 jiwa," bunyi tulisan yang diunggah ulang Arie Kriting, Minggu (2/10/2022).

Fakta Kerusuhan Stadion Kanjuruhan (YouTube/Kulon Project)

Setelahnya, Arie Kriting menyinggung pemicu kerusuhan besar dalam sepak bola yang juga dipicu tembakan gas air mata dari petugas kepolisian.

Baca Juga:
Ibu Indah Permatasari Beberkan Satu Syarat untuk Mau Ketemu Cucu: Arie Kriting Harus Masuk Masjid

"Tebak pencetusnya apa? Gas air mata," lanjut tulisan warganet yang tulisannya diunggah ulang oleh Arie Kriting.

Tak cukup sampai di situ, tulisan tersebut juga memuat tentang larangan penggunaan gas air mata untuk laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya di musim sebelumnya.

"Tahun 2019, penggunaan gas air mata dilarang dalam pengamanan pertandingan Arema versus Persebaya," cuit akun bernama @adepedia tersebut.

Baca Juga:
Arie Kriting Curhat Dapat Cobaan Duniawi usai Punya Anak Pertama

Tercantum juga pernyataan Komjen Unggung Cahyono yang saat itu menjabat sebagai Kaba Intelkam Mabes Polri tentang alasan pelarangan penggunaan gas air mata untuk pengamanan laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya.

"Dari pengalaman yang sudah-sudah, justru membawa dampak luas dan bisa memancing suporter anarkis," jelas Komjen Unggung Cahyono.

Arie Kriting. (MataMata.com/Evi Ariska)

Sebagaimana diketahui, kekalahan Arema FC atas Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang malam tadi memicu kemarahan Aremania yang datang menyaksikan pertandingan.

Baca Juga:
Anak Didoakan Berguna Bagi Bangsa dan Negara, Arie Kriting: Santai Saja Nak, Jangan Terlalu Dipikirkan

Usai peluit panjang dibunyikan, salah satu Aremania turun ke lapangan untuk mengutarakan kekecewaan dan disusul yang lain.

Imbasnya, polisi langsung menembakkan gas air mata untuk mengurai massa. Sayang, asap dari gas air mata justru memenuhi tribun tempat Aremania yang tidak ikut melakukan protes.

Tembakan gas air mata juga yang diduga menimbulkan banyaknya korban jiwa dari Aremania yang masih berada di tribun suporter karena sesak napas.

Baca Juga:
Arie Kriting Mengeluh Dapat Cobaan Duniawi usai Punya Anak Pertama: Tetap Berusaha Tidak Aku Lakukan

Selain Aremania, dua korban meninggal dunia juga datang dari pihak kepolisian yang malam itu bertugas mengamankan pertandingan. Empat mobil polisi turut hangus terbakar imbas kerusuhan. (Adiyoga Priyambodo)

Load More