Baktora | MataMata.com
Jubir Tim Pemenangan Prabowo-Gibran sekaligus politikus Partai Gelora, Fahri Hamzah. (Instagram/@fahrihamzah)
Kolase Capres Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo. [Dok.Istimewa]

 

Penerimaan masyarakat terhadap Prabowo dan Jokowi yang akhirnya berkoalisi terbukti menekan kecenderungan masyarakat terhadap pemerintahan. Sehingga upaya untuk menghilangkan kubu ekstrem itu dilakukan di pemerintahan Jokowi.

"Kalau Pak Prabowo dan Pak Jokowi konsepsional mereka itu tertuju ke penyatuan kabinet. Yang dua ini kecewa saja, sekarang tiba-tiba kecewa lalu mau gabung. Jadi dasar awalnya enggak kuat, terus kenapa harus jadi berbeda?" celetuk politikus Partai Gelora ini.

Seperti diketahui, kubu Prabowo-Gibran hingga saat ini masih berusaha menyelesaikan Pilpres satu putaran saja. Maka dari itu minimal elektabilitas yang perlu diraih Prabowo-Gibran adalah 50 persen ketika pemungutan suara.

Rencana Pilpres 2024 satu putaran ini terus digaungkan. Padahal untuk mencapai angka tersebut tak bakal mudah menyusul AMIN dan Ganjar-Mahfud MD yang juga bergerilya untuk meraih suara terbanyak.

Penolakan Pilpres 2024 satu putaran pun ikut menggema. Maka dari itu Paslon nomor urut 1 dan 3 kerap diakaitkan menjalin komunikasi intens.

Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan Maharani angkat bicara beberapa waktu lalu untuk membahas hal tersebut. Komunikasi perwakilan masing-masing kubu juga sudah dilakukan.

Kendati begitu, kepastian apakah kedua kubu tersebut akan bergabung belum ada. Menyusul PDI Perjuangan sendiri berambisi untuk bisa meraih banyak suara dalam langkah politiknya.

Load More