Matamata.com - Pemerintah China menyatakan memperhatikan pernyataan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un yang membuka peluang bertemu Presiden Amerika Serikat Donald Trump, namun menegaskan pertemuan itu tidak akan membicarakan isu denuklirisasi.
"China memperhatikan perkembangan di Semenanjung Korea. Semenanjung Korea yang damai dan stabil serta penyelesaian politik atas masalah di sana merupakan kepentingan semua pihak," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, dalam konferensi pers di Beijing, Senin (22/9).
Dalam pidatonya di depan sidang Majelis Rakyat Tertinggi sehari sebelumnya, Kim Jong Un menyebut siap melanjutkan dialog dengan Washington jika AS tidak menjadikan denuklirisasi sebagai syarat. Ia juga mengaku memiliki "kenangan menyenangkan" tentang Presiden Trump.
"Kami berharap pihak-pihak terkait menghadapi akar permasalahan, tetap pada tujuan penyelesaian politik, serta berupaya meredakan ketegangan dan menjaga perdamaian serta stabilitas regional," tambah Guo.
Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) mengutip Kim yang menegaskan tidak ada alasan menghindari dialog jika AS ingin hidup berdampingan secara damai dengan Korut. Namun, ia menolak anggapan bahwa Pyongyang akan menyerahkan senjata nuklirnya.
"Denuklirisasi sudah menjadi konsep masa lalu. Kami tidak akan pernah meletakkan senjata nuklir kami," tegas Kim. "Dunia tahu apa yang dilakukan AS setelah memaksa pihak lain meninggalkan program nuklirnya dan melucuti diri."
Ini menjadi pernyataan langsung pertama Kim mengenai hubungannya dengan Trump sejak Trump menjabat untuk kedua kalinya pada Januari. Trump sendiri telah memberi sinyal ingin bertemu Kim tahun ini.
Sebelumnya, pada Juli 2025, Kim Yo Jong—adik Kim Jong Un—menyatakan AS harus mengakui Korut sebagai negara nuklir jika ingin melanjutkan hubungan bilateral.
Kim dan Trump tercatat sudah tiga kali bertemu pada masa jabatan pertama Trump. Namun, pertemuan itu gagal menghentikan program nuklir Korut. Sejak itu, Pyongyang menolak perundingan dengan Washington dan justru semakin mempererat hubungan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, termasuk memberikan dukungan bagi Moskow dalam perang di Ukraina. (Antara)
Berita Terkait
-
China Tegaskan Netral, Bantah Terlibat Pasok Senjata ke Kamboja
-
Eks Bos Olahraga China Dijatuhi Hukuman Mati Bersyarat atas Kasus Suap Rp500 Miliar
-
China Tegaskan Penguncian Radar ke Jet Tempur Jepang Sesuai Hukum Internasional
-
Amankan Kunjungan Delegasi China, Polda Metro Kerahkan 2.029 Personel
-
Iran Tegaskan Tak Gentar Hadapi Ancaman Sanksi Baru dari AS
Terpopuler
-
Kumara Perkenalkan 'Dari Ketiadaan', Debut Instrumental yang Meramu Psychedelic, Jazz, hingga Etnik Indonesia
-
China Tegaskan Netral, Bantah Terlibat Pasok Senjata ke Kamboja
-
Jatim Tancap Gas Wujudkan Swasembada Gula, Produksi Tembus 1,2 Juta Ton per Tahun
-
Prabowo Targetkan Huntara Pengungsi Agam Tuntas Sebulan, Huntap Menyusul
-
Transaksi Judi Daring Anjlok, Menkomdigi Tegaskan Negara Hadir Lindungi Warga
Terkini
-
China Tegaskan Netral, Bantah Terlibat Pasok Senjata ke Kamboja
-
Jatim Tancap Gas Wujudkan Swasembada Gula, Produksi Tembus 1,2 Juta Ton per Tahun
-
Prabowo Targetkan Huntara Pengungsi Agam Tuntas Sebulan, Huntap Menyusul
-
Transaksi Judi Daring Anjlok, Menkomdigi Tegaskan Negara Hadir Lindungi Warga
-
Akses Jalan KKA Aceh UtaraBener Meriah Kembali Normal, Mobilitas Warga Pulih