Konferensi Pers kedua pihak promotor JogjaRockarta, Stadion Kridosono, Yogyakarta, Sabtu (27/10/2018). (Rajawali Indonesia Communication)

Matamata.com - Mau nanya dong kalau boleh, apa konser musik paling gereget yang pernah kamu tonton? Apakah konser musik musisi-musisi milenial kaya Tulus, Raisa, Isyana Sarasvati, Yura Yunita hingga RAN? Atau konser nostalgia penyanyi senior atau band legendaris, misal konser tunggal Reza Artamevia, Dewa 19, Kahitna, Sheila on 7? Mungkin juga ada yang lebih pilih konser penuh enerjik seperti Slank.

Beda lagi buat yang mau menyisihkan uang lebih banyak, nonton konser paling gereget kalau bisa lihat musisi kelas internasional seperti Bruno Mars, Ed Sheeran atau Selena Gomez. Bisa juga bagi para KPopers, nonton BTS atau BlackPink baru disebut nonton konser yang haqiqi.

BTS. (soompi)

Opsi-opsi itu bisa saja muncul di benak kamu sebagai milenial. Ya berdasarkan pantauan kecil-kecilan MataMata.com, generasi seperti kamu itu akan memadati konser-konser musik dengan lineup musisi-musisi di atas. Itu contoh saja karena sebenarnya masih banyak lagi musisi-musisi baik tanah air maupun internasional yang digandrungi milenial. Anak zaman now juga nggak segan rogoh kocek dalam-dalam buat nonton konser, bahkan mereka rela nabung demi bisa nonton musisi favoritnya. Bener nggak?

Beberapa musisi di atas yang kebanyakan membawakan musik bergenre pop memang semakin banyak diburu, lalu bagaimana ya dengan konser musik yang punya genre selain itu, rock misalnya. Nah MataMata.com akan menengok festival musik rock di Yogyakarta, JogjaROCKarta. Kira-kira seberapa gereget ya?

'JogjaROCKarta: International Rock Music Festival', begitulah sang promotor, Rajawali Indonesia Communication memperkenalkan festival musik rock ini untuk pertama kalinya pada 2017.

Lalu apakah JogjaROCKarta ini mampu mengundang minat penonton? Mengingat promotor konser musik ini juga sudah sukses menggelar festival musik jazz bertajuk Prambanan Jazz Festival, tahun ini sudah keempat kalinya.

Mengulik sedikit soal festival musik jazz yang dibuat mereka. Penilaian pribadi MataMata.com mereka cukup sukses. Itu karena pasar yang dibidik yakni milenial. Meski bertajuk festival musik jazz, namun belum 100 persen musisi jazz yang tampil. Baru di 2018, 50 persen sudah musisi jazz. Sementara itu, 50 persen lainnya masih diisi musisi dari genre musik lainnya seperti pop. Lineup musisi yang dipilih pun menyesuikan generasi milenial. Misalnya Tulus, Raisa, RAN, Afgan, Isyana Sarasvati, Yura Yuni dan musisi-musisi lain yang sedang digandrungi generasi milenial.

Konferensi pers Prambanan Jazz 2018 bareng all artis di Hotel Tentrem Yogyakarta, Jumat (17/8/2018). (Dok. MataMata.com)

Kemudian bagaimana dengan konsep festival musik rock yang Rajawali Indonesia Communication buat?

Tak bisa dianggap main-main, sudah ada dua musisi kelas dunia manggung di JogjaROCKarta selama dua kali digelar, yakni Dream Theater di 2017 dan Megadeth di 2018. Pencinta musik cadas tentu tak ketinggalan untuk menjadi saksi sejarah penampilan dua band legendaris itu di Indonesia.

Flasback ke JogjaROCKarta 2017, Rajawali Indonesia Communication ingin mengobati rasa dahaga pencinta musik rock di daerah yang merindukan tontonan berkualitas kelas dunia. Mereka juga menyebutkan kalau JogjaROCKarta sebagai perwujudan cita-cita Rajawali Indonesia Communication untuk menyelenggarakan musik rock pertama.

Mereka pun mendatangkan band legendaris asal Amerika Serikat, Dream Theater. Band yang digawangi oleh James LaBrie (vokal), John Petrucci (gitar), John Myung (bass), Jordan Rudess (keyboard) dan Mike Mangini (drum) ini terpilih karena sudah terbukti punya banyak penggemar dari seluruh dunia. Sekilas tentang Dream Theater, band ini punya kekuatan di teknik instrumen musiknya yang unik. Bebagai penghargaan musik dunia juga sudah diraih berkat skill personelnya. Mulai dari gitaris terbaik, drummer terbaik hingga keyboardis terbaik.

Daya tarik JogjaROCKarta semakin bikin pencinta musik rock terpikat karena ada band-band rock tanah air seperti Gho$$, Death Vomit, Kelompok Penerbang Roket, Power Metal, God Bless, Killa The Phia, Something Wrong, Burgerkill, Roxx, dan Pas Band. Bukti festival ini berhasil adalah tiketnya hampir terjual semuanya dari 15.000 tiket yang disediakan. Di 2017, JogjaROCKarta diselenggarakan selama dua hari, 29-30 September.

Berbeda dengan JogjaROCKarta 2018 yang hanya berlangsung sehari yakni pada 26 Oktober. Sama-sama digelar di Stadion Kridosono Yogyakarta, JogjaROCKarta menampilkan band beraliran Thrash Metal asal Los Angeles, Amerika Serikat, yakni Megadeth.

Sekilas tentang Megadeth, band ini didirikan oleh Dave Mustaine pada tahun 1983 dan sempat mengalami bongkar pasang personel. Formasi terbaru beranggotakan Dave Mustaine (vokal/gitar), David Ellefson (bass), Kiko Loureiro (gitar) dan Dirk Verbeuren (drum).

Manggungnya band berusia 35 tahun ini di JogjaROCKarta ini pun jadi prestasi sendiri buat promotor karena Megadeth adalah bagian Big Four Trash Metal yang dipuja-puja, tiga di antaranya Anthrax, Metallica dan Slayer. Rajawali Indonesia Communication, selaku promotor berharap tahun depan bisa mendatangkan lagi salah satu dari bagian Big Four.

Megadeth dan tim JogjaROCKarta saat konfernsi pers di Hotel Hyatt, Yogyakarta, Jumat (26/10/2018). (Rajawali)

Berkat Megadeth, Rajawali Indonesia Communication juga sukses menarik penonton. Tiket mereka pun terjual lebih dari 10.000 dari penjualan online. Sementara itu sisanya 5000 tiket dijual secara offline dan on the spot.

Lain dari festival jazz mereka yang belum 100 persen musisinya jazz. JogjaROCKarta benar-benar mempertunjukkan band-band rock baik lokal dan nasional. Setidaknya ada delapan band yang mengisi festival sebelum Megadeth tampil. Yakni Blackout, Koil, Sangkakala, Elpamas, Edane, Seringai, ILP dan God Bless.

Ingin tahu seperti apa keseruannya, berikut reportase langsung kru MataMata.com:

Megadeth jadi magnet JogjaROCKarta 2018

Belum usai Godbless menyanyikan lagu-lagu yang sudah disiapkan, sebagian penonton memilih untuk bergeser ke panggung sebelahnya, panggung internasional JogjaROCKarta 2018 yang akan digunakan oleh Megadeth. Para penonton memilih menempati area panggung internasional lebih awal untuk mendapatkan posisi paling pas menikmati aksi Megadeth.

Godbless telah menyelesaikan repertoarnya. Suasana mendadak sepi.

Seluruh penonton sudah mulai bergeser ke panggung internasional JogjaROCKarta 2018 yang tampak gelap gulita. Mereka menunggu kehadiran Megadeth. Tapi rupanya hingga waktu yang ditentukan, band trash metal itu tak kunjung muncul.

Tiba-tiba terdengar suara narator memberitahukan jika ada pesan dari seseorang fans berat Megadeth yang berhalangan hadir. Ya, siapa lagi jika bukan Presiden Joko Widodo.

Jauh sebelum acara JogjaROCKarta 2018 digelar, Megadeth mengundang Jokowi lewat Twitter untuk melihat penampilan mereka.

Undangan Megadeth untuk Jokowi dan Ganjar Pranowo. (Twitter/@Megadeth)

Namun sayangnya Jokowi tak bisa hadir. Sebagai gantinya, ia mengirimkan video singkat yang diputar pada layar besar di dekat panggung. Tak lupa Jokowi menyapa para penonton.

Dalam video itu, Jokowi menyebut dirinya penggemar Megadeth. Ia menyebutkan tiga lagu favoritnya, yakni Sweating Bullets, Ashes In Your Mouth dan Wake Up Dead.

''Saya penggemar Megadeth, band rock-nya Dave Mustaine. Saya suka lagu Sweating Bullets, Ashes In Your Mouth dan Wake Up Dead. Tapi nggak tahu nanti dimainkan atau tidak. Selamat menonton semuanya,'' ujar Jokowi.

Video persembahan dari Jokowi. (Instagram/@jogjarockartafestival)

Video dari Jokowi ditutup tepuk tangan dari penonton. Seketika panggung gelap kembali dan sepi.

Penonton mulai tak sabar. Serentak memanggil-manggil nama Megadeth. Masih tak muncul juga. Penonton mulai diam. Panggung masih sepi dan gelap.

Tanpa aba-aba, tanpa peringatan suara instrumen musik Megadeth terdengar dari balik panggung yang gelap. Sontak, para penonton bersorak.

Penonton yang ada di sisi lapangan mendadak berlarian ke tengah lapangan, bergabung dengan kerumunan. Megadeth menyambut penonton dengan lagu Hanggar 18.

Selesai lagu pertama, lagu The Threat Is Real, In My Darkest Hour dan The Doctor Is Calling dinyanyikan secara estafet. Para penonton sangat menikmati penampilan Megadeth. Sesekali mereka melakukan crowd surfing.

Penampilan Megadeth di atas panggung JogjaROCKarta 2018, Stadion Kridosono, Yogyakarta, Sabtu (27/10/2018). (Rajawali Indonesia Communication)

Sambil menikmati musik cadas Megadeth, tampaknya para penonton tak ingin melewatkan mengabadikan momen langka ini. Banyak dari mereka mengeluarkan smartphone untuk merekam aksi Megadeth.

Setidaknya ada 20 lagu yang dipersembahkan oleh Dave Mustaine dan kawan-kawan dalam pagelaran festival JogjaROCKarta 2018. Termasuk dua lagu favorit Jokowi, Wake Up Dead dan Sweating Bullets. Megadeth juga menyanyikan lagu Dystopia.

Penampilan Megadeth di atas panggung JogjaROCKarta 2018, Stadion Kridosono, Yogyakarta, Sabtu (27/10/2018). (Rajawali Indonesia Communication)

Tak lupa, Dave Mustaine mengucapkan terima kasih telah diberi kesempatan menghibur penggemar Indonesia.

Penampilan Megadeth di atas panggung JogjaROCKarta 2018, Stadion Kridosono, Yogyakarta, Sabtu (27/10/2018). (Rajawali Indonesia Communication)

Sebelum Megadeth tampil, festival JogjaROCKarta 2018 di Stadion Kridosono, Sabtu (27/10/2018) dibuka oleh delapan band Tanah Air. Gerbang dibuka pukul 13.00 WIB. Blackout mengawali tampil di atas panggung pukul 14.00 WIB.

Aksi Blackout cukup merangsang semangat penonton. Disusul penampilan Koil yang sukses membuat penonton rela disengat teriknya matahari.

Band asal Bandung ini membawakan beberapa lagu andalannya. Termasuk Aku Lupa Aku Luka dan Kenyataan Dalam Dunia Fantasi. Koil sempat menghentikan penampilannya sejenak ketika azan ashar berkumandang.

Usai azan, Koil melanjutkan pertunjukan mereka kembali. Otong Koil mendapat lemparan hadiah berupa headband dari penonton, langsung ia pakai saat itu juga, sambil melempari candaan khasnya.

Ada yang menarik dari penampilan Koil siang itu. Di tengah-tengah pertunjukkan, Otong Koil membanting gitar elektrik miliknya. Tepuk tangan dan teriakan dari penonton mengapresiasi aksi Otong.

Penampilan Koil di atas panggung JogjaROCKarta 2018, Stadion Kridosono, Yogyakarta, Sabtu (27/10/2018). (Matamata.com/Stephanus Aranditio)

Semangat penonton mulai memanas, host hadir memberi jeda sejenak. Meyakinkan penonton jika amunisi energi mereka masih melimpah.

Tiba akhirnya terdengar suara gumaman sekaligus detakan drum, siulan seruling dan pukulan Gong. Dari atas panggung muncul pasukan Bregada membawa bendera merah bergambar harimau belang.

Pasukan Bergada itu dikenal sebagai Paskibraka (Pasukan Pengibar Bendera Sangkakala). Sangkakala sengaja memboyong personil langsung dari anggota Bergada keraton.

Sungguh persembahan gimmick yang sangat epik dari Sangkakala sebagai tuan rumah. Ya, band asal Bantul ini menjadi satu-satunya band lokal yang mengisi festival JogjaROCKarta 2018.

Belum puas mengejutkan penonton dengan pasukannya, Sangkakala kembali memancing semangat penonton, menyanyikan Into The Row sebagai lagu pertama. Memasuki lagu bertajuk Sangkakala, penonton mulai kompak bernyanyi dan melakukan berbagai gerakan moshing, mengikuti semangat Baron dan kawan-kawannya.

Penampilan band Sangkakala di panggung JogjaROCKarta, Stadion Kridosono, Yogyakarta, Sabtu (27/10/2018). (Matamata.com/Uni Irmagani)

Penampilan atraktif dan enerjik Sangkakala begitu memukau. Sangkakala menutup aksi mereka dengan lagu Tong Setan.

Seperti biasa, Baron Kapulet Araruna, mengumandangkan prolog wajib sebelum menyanyikan lagu Tong Setan.

''Seperti sahnya salat, diawali dengan takbiratul ikhram, diakhiri dengan salam. Demikian juga dengan Sangkakala, diawali dengan Into The Row, diakhiri dengan Tong Setan,'' teriak Baron.

Seketika, lapangan stadion dibuat pecah oleh atraksi Sangkakala. Usai band nyentrik itu tampil, tampaknya penonton sangat puas dan mulai basah oleh keringat.

Giliran band cadas asal Malang, Elpamas, menghentakkan panggung JogjaROCKarta 2018. Elpamas membawakan lagu Kontradiksi dan Dinding Dinding Kota, disusul lagu berjudul Tato.

Elpamas menyanyikan lima lagu, sisanya Pak Tua dan Jejak-jejak. Semakin sore, penonton semakin banyak berdatangan, memadati lapangan.

Penampilan Elpamas di atas panggung JogjaROCKarta 2018, Stadion Kridosono, Yogyakarta, Sabtu (27/10/2018). (Rajawali Indonesia Communication)

Disambung penampilan Edane dengan lagu Hail Edan. Kemunculan Edane semakin memicu adrenalin penonton, mereka jejingkrakan. Langsung disambung lagu Living Dead dan Judgment Day.

Mengejar waktu mendekati maghrib, lagu Pancaroba dan Jabrik dinyanyikan secara medley, kemudian dilanjut dengan The Beast. Edane juga membawakan dua lagu dari Sepultura, yakni Roots, Bloody Roots dan Territory yang juga dinyanyikan secara medley.

Penampilan Edane di atas panggung JogjaROCKarta 2018, Stadion Kridosono, Yogyakarta, Sabtu (27/10/2018). (Matamata.com/Stephanus Aranditio)

Penonton mulai melakukan headbanging dan body surfing. Tak ketinggalan lagu Rock in 82 juga dinyanyikan Edane. Band asal Jakarta ini menutup penampilan mereka dengan lagu mereka yang populer pada tahun 2000-an, Kau Pikir Kaulah Segalanya.

Festival JogjaROCKart 2018 menghentikan pertunjukkan sejenak ketika tiba waktu maghrib. Memberi kesempatan penonton untuk beribadah. Di sana telah disediakan tenda khusus untuk salat.

Sekiranya waktu maghrib telah lewat, giliran Seringai merusuhkan perhelatan JogjaROCKarta 2018. Hidejokasuru dan Cavity mereka bawakan sebagai lagu pembuka.

Semakin malam, semakin gempar. Penonton membentuk circle pit sesuai instruksi sang vokalis, Arian13, dan beradu gerakan di sana. Seringai membawakan beberapa lagu lainnya antara lain Adrenalin Merusuh, Tragedi dan Serigala Militia.

Usai Seringai tampil, penonton JogjaROCKarta dibius mantra instrumen metal progressive dari ILP (Indra Lesmana Project). Band eksperimen Indra Lesamana ini beranggotakan Togar P.O. Naibaho (vokal), Rayhan Syarif (gitar), Karis (gitar) dan Shadu Shah (bass). Tapi sayangnya, Karis berhalangan hadir dan digantikan sementara oleh Danes.

Penampilan ILP di atas panggung JogjaROCKarta 2018, Stadion Kridosono, Yogyakarta, Sabtu (27/10/2018). (Matamata.com/Uni Irmagani)

Tak disangka, maestro jazz Indra Lesmana secara menakjubkan melebur dengan musik di luar jalurnya. ILP menyajikan Awakening, Acknowledge, Ascencion dan Acceptation dari mini album mereka.

Penampilan ILP sukses membuat penonton terpukau. Sungguh pertunjukkan yang epik, cukup membuat emosi penonton stabil kembali.

Usai ILP, band rock legendaris Tanah Air, Godbless, mengajak penonton bernostalgia. Band yang digawangi Ahmad Albar (vokal), Ian Antono (gitar), Donny Fattah (bas), Abadi Soesman (kibor) dan Fajar Satritama (dram) menyanyikan lagi Musisi sebagai pembuka.

Penampilan Godbless di atas panggung JogjaROCKarta 2018, Stadion Kridosono, Yogyakarta, Sabtu (27/10/2018). (Matamata.com/Stephanus Aranditio)

Penampilan Godbless disambut hangat oleh penonton yang memadati lapangan. Godbless mengajak penonton bersenandung bersama, menyanyikan lagu-lagu lawas seperti Kehidupan, Rumah Kita, Semut Hitam dan Panggung Sandiwara. Penonton yang terdiri dari berbagai usia itu, hanyut dalam lantunan tembang-tembang lama Godbless.

Bagaimana bisa membayangkan betapa serunya JogjaROCKarta malam itu? Tapi tahu nggak kalau festival musik rock ini punya misi khusus yang lebih dari sekadar pertunjukan musik. Berikut ulasannya:

Lewat JogjaROCKarta, Yogyakarta ingin mendunia

JogjaROCKarta sekali lagi bukan hanya sekadar festival musik rock. Di balik konser ada tujuan-tujuan terselubung sang promotor.

Masih konsisten dengan tujuan diselenggarakannya JogjaROCKarto untuk pertama kalinya, Anas Syahrul Alimi, CEO Rajawali Indonesia Communication, berharap kedatangan Megadeth ke Yogyakarta ini bisa menjadi mediator dunia jika Indonesia adalah negara yang aman. Terlebih untuk Yogyakarta sendiri.

''Kehadiran Megadeth diharapkan sebagai message kepada dunia jika Indonesia itu aman,'' kata Anas, saat jumpa pers pertama, Sabtu (30/6/2018).

Setahun lalu, Anas juga mengungkapkan tujuannya mengadakan festival musik di Yogyakarta. Kota ini dipilih promotor karena dianggap sebagai kota yang bisa merepresentasikan negara Indonesia ke dunia internasional. Apalagi Yogyakarta dikenal sebagai miniatur Indonesia dengan segala keberagaman masyarakatnya.

Tapi tak hanya misi kemanusiaan saja, ada misi ekonomi yang ingin dibangkitkan. Dengan kabar bahwa Indonesia aman dan damai, diharapkan semakin banyak orang dari luar negeri yang ingin berinvestasi ke Yogyakarta.

Tak bisa dipungkiri dengan adanya festival sekelas internasional, apalagi artis yang dihadirkan punya magnet khusus untuk mengundang penggemar dari negara lain. Imbasnya geliat perekonomian dari segala sektor seperti pariwisata, kuliner, hotel dan lainnya akan ikut berkembang.

Tujuan promotor pun diapresiasi satu-satunya band lokal yang  tampil di JogjaROCKarta 2018. Terutama soal pemilihan tempat di Yogyakarta.

''JogjaROCKarta menjadi panggung yang sangat menarik, karena berbeda seperti zaman dulu yang mana band-band kebanyakan terfokus di Jakarta,'' ungkap Baron Kapulet Araruna, vokalis band Sangkakala asal Bantul.

Apalagi promotor sudah berusaha memboyong band-band luar biasa baik dari Indonesia dan dunia ke Yogyakarta.

Demi go internasional, band lokal kurang diacuhkan

Niat baik promotor membawa nama Yogyakarta mendunia tak mulus begitu saja. Tetap saja ada kritik yang masuk. Ini karena rasa lokal dari Yogyakarta sendiri kurang. Misalnya, musisi yang mengisi acara, hanya ada satu band rock lokal yakni Sangkakala.

Harapan-harapan penonton agar ke depannya, JogjaROCKarta bisa menampilkan lebih banyak band lokal pun muncul.

Seperti yang dituturkan oleh Afri, penonton yang terbang langsung dari Surabaya ke Yogyakarta. Ia menghadiri festival JogjaROCKarta 2018 untuk menyaksikan penampilan dari Godbless dan Megadeth.

Ia berharap festival JogjaROCKarta 2018 ini diadakan lagi tahun depan dengan tambahan band-band lokal Yogyakarta yang lebih banyak lagi.

''Tahun depan mungkin ada lagi dengan band luar lagi, terus dengan band lokal ditambah lagi, kalau ini kan cuma Sangkakala aja,'' ujarnya.

Harapan senada juga diutarakan oleh Sabil, penonton asal Jogja. Ia berharap festival JogjaROCKarta menghadirkan lebih banyak band Yogyakarta selain Sangkakala, yakni Death Vomit dan Venom.

''Pinginnya ditambahin band lokal Jogja, kayak Death Vomit sama Venom,'' tutur Sabil.

Pertanyaan serupa sempat dilemparkan oleh seorang wartawan kepada Anas Syahrul Alimi saat konferensi pers di Hotel Hyatt, Yogyakarta, Jumat (26/10/2018). Anas pun berharap tahun depan band lokal akan lebih banyak lagi.

''Jadi, kita sih berharap untuk tahun depan band lokal bisa lebih banyak ya,'' jawab Anas.

Nah, itu JogjaROCKarta sebagai salah satu festival musik rock yang pernah ada. Sudah gereget belum menurut kamu?

Load More